A. JUDUL
Teori Karen Horney
B. PENDAHULUAN
Setiap orang mempunyai kapasitas dan keinginan untuk mengembangkan potensinya dan memang begitulah seharusnya…. Aku percaya bahwa setiap orang bisa berubah dan perubahan itu akan terus terjadi sepanjang hidupnya.
—Karen Horney
Dari kutipan di atas, jelas bahwa Karen Danielson Horney juga dapat dikelompokkan sebagai orang yang keluar dari sudut pandang Freudian ortodoks. Meskipun bukan murid langsung atau kolega Freud, namun Horney telah ditraining di tempat pelatihan resmi psikoanalitik oleh salah satu murid Freud yang paling terpercaya. Sehingga mau tidak mau dia berada di kamp Freudian dalam jangka waktu yang lama.
Horney awalnya berbeda pendapat dengan doktrin Freud dalam hal peran psikologis wanita. Sebagai seorang feminis, dia menentang psikoanalisis yang lebih berfokus pada perkembangan pria daripada wanita. Dia juga mengkounter anggapan Freud bahwa wanita dikendalikan oleh penis envy, Horney berpendapat bahwa, dalam observasinya, pria cemburu pada wanita karena kemampuan mereka untuk mengandung dan melahirkan anak. “Saya tahu banyak pria,” katanya, “dengan womb envy (cemburu kandungan) sebagaimana wanita dengan penis envy (cemburu penis).” Meskipun Horney pada mulanya berbeda pendapat dengan Freud dalam isu-isu psikologi wanita, namun pada akhirnya dia memperluas kritiknya terhadap Freud dan memperkuat posisinya, sehingga terciptalah sesuatu di antara mereka.
Pada satu sisi, teori Horney dipengaruhi oleh jenis kelaminnya, namun mungkin juga lebih dipengaruhi oleh keadaan sosial dan budaya yang membuatnya terlihat (exposed). Dia datang beberapa dekade setelah munculnya perkembangan utama Freud, dan dia merancang pokok-pokok teorinya di tengah-tengah keadaan budaya yang sangat berbeda dari Freud-Amerika Serikat. Pada 1930-1940an, terjadi perubahan pandangan mengenai jenis kelamin dan peran jenis kelamin. Perubahan ini bisa dilihat di Eropa, namun lebih nyata terlihat di Amerika. Selain itu, keadaan sosial juga berbeda di Amerika.
Horney menemukan bahwa pasien di Amerika berbeda dengan pasien di Jerman, baik dalam hal neurosa maupun kepribadian yang normal, di mana perbedaan keadaan sosial mungkin cukup menjadi alasan bagi terjadinya perbedaan kepribadian. Oleh karenanya dia berpendapat bahwa kepribadian tidak semata-mata dipengaruhi oleh keadaan biologis saja, sebagaimana dikemukakan oleh Freud. Karena jika pendapat Freud benar, maka kita tidak akan melihat perbedaan besar dalam kepribadian seseorang dari satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.
Demikianlah mengapa Horney menjadi seperti Adler, ahli teori psikologi sosial, yang lebih menekankan hubungan sosial daripada dorongan psikologis sebagai faktor yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian. Dia menolak anggapan bahwa sex adalah faktor yang menentukan, sebagaimana dinyatakan oleh Freud, dan dia juga mengambil isu dengan konsep-konsep Freud tentang Oedipus complex, libido, dan struktur kepribadian.
Dalam teori Horney, pusat kepribadian bukanlah sex atau agresi tapi kebutuhan dan usaha untuk memperoleh rasa aman. Seperti Adler, pandangan Horney mengenai sifat dasar manusia juga cenderung memuji dan optimis: kita dapat mengatasi kecemasan kita dan dapat tumbuh serta mengembangkan potensial kita semaksimal mungkin.
C. Kehidupan Horney (1885-1952)
Karen Danielson dilahirkan di sebuah desa kecil tidak jauh dari Hamburg, sebelah utara Jerman. Ayahnya adalah seorang kapten kapal dengan berlatar belakang Norwegia, sedangkan ibunya adalah orang Belanda. Ny. Danielson berusia 17 tahun lebih muda dari suaminya dan wataknya sangat bertolak belakang dari suaminya. Ayah Horney adalah seorang yang taat beragama, bersifat menguasai dengan keras sekali, angkuh, sering murung, dan pendiam, sementara ibunya adalah seorang yang menarik, periang, dan berpikiran bebas. Ayahnya seringkali berada di laut dalam waktu lama, dan ketika berada di rumah, sifat menentang orangtua seringkali mengharuskannya untuk mengemukakan alasan-alasan.
Kita bisa melihat akar teori kepribadian Horney dari pengalaman masa kecilnya. Penulis biografi Horney, Jack Rubins, mencatat: “Teorinya merupakan hasil dari kepribadian dan lingkungan pergaulannya… yang disaring melalui kepribadiannya.” Hampir sepanjang masa kecil dan dewasanya, dia ragu jika orang tuanya, khususnya ayahnya, menginginkannya.
Horney muda mengagumi ayahnya dan sangat merindukan perhatian dan cinta kasihnya, tapi dia ditakut-takuti oleh ayahnya. Selalu teringat di benak Horney “mata biru ayahnya yang menakutkan” dan ketegangannya, sifat banyak menuntut. Pada tahun-tahun pertama Horney merasa ditolak oleh ayahnya. Ayahnya seringkali melontarkan komentar-komentar bernada meremehkan tentang penampilan dan intelegensinya. Dia merasa diremehkan dan tidak menarik, meskipun kenyataannya dia cantik.
Horney dekat dengan ibunya dan menjadi “putri pemuja,” sebagai cara untuk mendapatkan kasih sayang. Hingga usianya mencapai 8 tahun, Horney adalah seorang anak teladan, melekat dan selalu mengalah, “seperti seekor domba kecil,” tulisnya. Di tengah-tengah usahanya, dia masih saja tidak percaya bahwa dia telah memperoleh cinta kasih dan rasa aman yang dia butuhkan. Karena pengorbanan diri dan perilaku baik tidak berhasil, maka dia mengubah siasatnya.
Pada usia 9 tahun, Horney menjadi seorang anak yang ambisius dan suka melawan. Dia memutuskan bahwa jika dia tidak dapat memperoleh cinta kasih dan rasa aman, maka dia akan melakukan balas dendam kepada perasaan tidak menarik dan kurangnya. Beberapa tahun kemudian dia menulis, “Jika aku tidak bisa menjadi cantik, maka aku harus menjadi pandai.” Dia berjanji untuk selalu menjadi yang pertama di kelasnya. Ketika dewasa, dia menyadari betapa banyak rasa permusuhan yang telah dia bangun pada masa kecil. Teori kepribadian Horney menjelaskan bagaimana rasa cinta yang tidak terpenuhi pada masa kanak-kanak mendorong berkembangnya kecemasan dan permusuhan dasar.
Pada usia 12 tahun, setelah menjalani bermacam-macam perawatan untuk suatu penyakit dari seorang dokter, dia memutuskan untuk berkarier di bidang medis. Di tengah-tengah perlawanan kepada ayahnya dan perasaan tidak berharga serta putus asa, selama di SMU Horney berusaha keras untuk mewujudkan cita-citanya masuk sekolah medis. Ayahnya menolak mentah-mentah idenya, ketika dia mulai kuliah di Universitas Freiburg, ibunya meninggalkan ayahnya dan pindah.
Pada usia 24 tahun, pada 1909, Horney menikah dengan Oscar Horney, seorang pengacara dari Berlin. Waktu itu, dia mempunyai tiga anak dan ikut training psikoanalisis. Dia menerima analisis tentang dirinya dari murid kesayangan Freud, yang menyebut Horney dalam istilah-istilah yang menyala-nyala kepada sang guru.
Pada 1926, Horney dan suaminya berpisah, dan enam tahun kemudian dia pindah ke Amerika, pertama-tama bekerja di Chicago dan akhirnya menetap di New York. Di antara rekannya adalah Erich Fromm dan Harry Stack Sullivan. Selama beberapa tahun dia mengembangkan sebagian besar teorinya. Pada akhir hayatnya dia tertarik pada agama Budha Zen, dan dia telah menunjungi beberapa biara Zen di Jepang beberapa tahun sebelum meninggal.
D. TEORI
- Kecemasan Dasar
Kecemasan dasar adalah konsep fundamental dalam teori kepribadian Horney. Horney mendefinisikannya sebagai “keburukan hati yang meningkat, yaitu meliputi keseluruhan perasaan kesepian dan ketidakberdayaan di dunia yang fana.” Kecemasan dasar adalah dasar dimana neurosa terakhir berkembang, dan ini tidak dapat dipisahkan dengan perasaan permusuhan yang didiskusikan pada bagian sebelumnya.
Sebagaimana yang diindikasikan oleh definisinya, kecemasan dasar adalah meliputi keseluruhan; ini mendasari keseluruhan hubungan yang telah atau akan dibentuk oleh individu dengan individu lain. Horney menggambarkan analogi antara seseorang yang menderita kecemasan dasar dan negara yang mengalami pergolakan politik. Kecemasan dan kerusuhan diantara individu serupa dengan pergolakan bawah tanah dan protes terhadap pemerintah. Pada kasus lain, pergolakan internal mungkin dimanifestasikan secara overt—dengan pemogokan ataupun riot dalam suatu negara atau simtom neurotik pada seorang individu.
Dengan mengabaikan bagaimana seseorang memanifestasikan atau mengekspresikan kecemasan dasar, Horney berpendapat bahwa keadaan perasaan setiap orang adalah kurang lebih sama. Orang merasakan perasaan “kecil, tidak signifikan, tidak berdaya, ditinggalkan, terancam di dunia yang ditunjukkan dalam sikap penyalahgunaan, penipuan, penyerangan, penghinaan, pengkhianatan…”. Dapat dimengerti bahwa individu, khususnya pada masa anak-anak, akan berusaha untuk melindungi dirinya melawan perasaan kecemasan yang kuat ini. Horney menuliskan bahwa, pada kebudayaan kita, setidaknya ada empat pertahanan-diri: mendapatkan kasih sayang, menjadi patuh, memperoleh kekuatan dan penarikan diri.
Dengan mengamankan rasa kasih sayang dan cinta dari orang lain, seseorang mengatakan: “jika kamu mencintaiku, kamu tidak akan menyakitiku.” Ada beberapa cara dimana seseorang dapat mengamankan kasih sayang. Dia mungkin, misalnya, mencoba untuk melakukan apa saja yang diinginkan orang lain, atau mungkin mencoba untuk menyuap atau bahkan mungkin mengancam seseorang agar memberikan hasrat kasih sayang mereka.
Kepatuhan dalam arti pertahanan-diri melibatkan pemenuhan harapan dari seseorang atau harapan semua orang. Seperti seseorang yang berusaha menghindari perbuatan yang akan menyakiti orang lain. Seseorang berani untuk tidak mengkritik atau cara lain misalnya menyerang, harus menekan kebutuhan dan hasrat mereka, dan tidak dapat pula melindungi diri mereka terhadap penyalahgunaan dari rasa takut sebagai reaksi defensif, yang mungkin akan menyakiti orang yang menyakitinya. Horney mengatakan bahwa kebanyakan orang patuh percaya bahwa mereka benar-benar tidak egois dan melakukan pengorbanan-diri. Seperti halnya seseorang yang mengatakan “jika aku mengalah, itu tidak akan menyakitkan.” Ini mungkin menunjukkan tingkahlaku Horney sendiri—“seperti seekor domba”—hingga usia 9 tahun.
Mendapatkan kekuatan dari orang lain adalah mekanisme pertahanan-diri yang ketiga. Dengan cara ini seseorang dapat mengompensasikan perasaan ketidakberdayaannya dan mendapatkan rasa aman melalui perolehan kesuksesan atau melalui perasaan superior terhadap orang lain. Seperti halnya orang yang mengatakan: “jika aku punya kekuatan, tidak ada seorangpun yang dapat menyakitiku.” Mungkin, ini menggambarkan Horney yang memutuskan untuk bekerja keras untuk kesuksesan akademiknya.
Ketiga instrumen pertahanan-diri ini memiliki satu kesamaan aspek. Dengan menggunakan salah satu di antaranya, seseorang berusaha untuk menanggulangi kecemasan dengan cara berinteraksi dengan orang lain. Pertahanan-diri dari kecemasan dasar yang terakhir adalah penarikan-diri (withdrawal) dari orang lain, tidak secara fisik, tetapi secara psikologis. Seseorang berusaha menjadi sepenuhnya terbebas dari orang lain, tidak bersandar pada orang manapun untuk mendapatkan kepuasan dari kebutuhan eksternal maupun internal.
Sebagai contoh, jika seseorang mendapatkan kepemilikan material yang sangat banyak, dia akan dapat mengandalkan dirinya (atau benda yang dimilikinya) untuk kepuasan eksternalnya. Sayangnya, kalaupun seseorang menimbun setumpuk kepemilikan, dia mungkin dengan terlalu banyak kecemasan dalam menikmatinya. Dia harus melindungi kepemilikannya dengan tekun sekali karena kepemilikan ini adalah satu-satunya perlindungan terhadap ancaman kecemasan.
Kebebasan yang dianggap sebagai kebutuhan psikologis seseorang akan diperoleh dengan cara menjauh dan melepaskan diri dari orang lain, tidak lagi bergantung pada orang lain untuk mendapatkan kepuasan dari kebutuhan emosionalnya. Pada kenyataannya, ini melibatkan lebih dari itu; ini melibatkan penumpulan peminimalisiran dari kebutuhan emosional seseorang, dengan menarik-diri dari kontak emosional dan melepaskan kebutuhan emosional seseorang, seseorang melindungi dirinya dari rasa sakit yang diberikan orang.
Keempat mekanisme pertahanan-diri ini memiliki satu tujuan: bertahan terhadap kecemasan. Mereka berorientasi untuk mendapatkan keamanan dan penentraman hati, bukan untuk kebahagiaan atau kesenangan dengan kata lain, mereka bertahan melawan rasa sakit, bukan mencari kesejahteraan.
Karakteristik umum lain dari alat perlindungan ini adalah kekuatan dan intensitasnya. Horney percaya mereka akan menjadi lebih kuat dengan memaksakan tenaga daripada kebutuhan seksual ataupun kebutuhan fisiologis lainnya. Dan alat ini dapat bekerja. Mereka dapat memenuhi tujuan mereka yaitu mengurangi kecemasan tetapi individu biasanya memiskinkan kepribadiannya dan mengalami konflik dengan lingkungannya.
Sangat sering orang neurotis mengejar pencariannya akan keamanan dengan menggunakan lebih dari satu alat saja, dan ketidakcocokannya dapat mengarahkan pada konflik yang lebih hebat misalnya, seseorang pada waktu yang sama, mungkin akan diarahkan pada kebutuhan untuk mendominasi orang lain dan sekaligus dicintai oleh mereka. Dia mungkin ingin menjadi patuh pada orang lain sejalan dengan memiliki hasrat menguasai orang lain. Sepertinya ketidakcocokan ini tidak dapat diselesaikan. Jadi, berusaha untuk melawan kecemasan dasar dapat membentuk dasar dari konflik yang mendalam.
Horney mengatakan bahwa setiap mekanisme pertahanan diri ini dapat menjadi bagian dari permanen dari kepribadian yang dapat diasumsikan bahwa karakteristik kebutuhan atau dorongan menentukan tingkah laku seseorang. Pada waktu yang sama Horney menyebutkan sepuluh kebutuhan, dimana didefinisikan sebagai neurotik karena dia berpikir bahwa kebutuhan ini bukanlah solusi irasional terhadap masalah seseorang. Sepuluh kebutuhan neurotik terdapat di bawah ini.
- kasih sayang dan penerimaan
- partner dominan dalam kehidupan
- batas hidup yang sempit dan terbatas
- kekuatan
- eksploitasi
- prestise
- kebanggaan personal
- perolehan atau ambisi personal
- kecukupan-diri dan kebebasan
- kesempurnaan dan ketakterbantahan
Selanjutnya, Horney mengklasifikasikan sepuluh kebutuhan tersebut menjadi tiga orientasi menghadapi dunia, yaitu:
1. moving toward people (kebutuhan nomor: 1,2,3)
2. moving against people (kebutuhan nomor: 4,5,6,7,8)
3. moving away from people (kebutuhan nomor: 9,10)
Strategi Menangani Konflik
1. Moving toward people
Memiliki ciri-ciri seperti menganggap orang lain mempunyai arti yang sangat penting dalam hidupnya, mempunyai sikap tergantung pada orang lain, ingin disenangi, dicintai dan diterima, bersikap intrapunitif (suka menghukum/ menyalahkan diri sendiri) serta mengorbankan diri sendiri dan tidak individualistis.
2. Moving against people
Mempunyai ciri-ciri seperti bersikap agresif, oposisional (bertentangan dengan orang lain), ingin menguasai dan menindas orang lain, tidak pernah memperlihatkan rasa takut maupun rasa belas kasihan serta menjalin hubungan dengan orang lain berdasarkan pertimbangan untung dan rugi. Sementara untuk orang yang memiliki orientasi.
3. Moving away from people
Mempunyai ciri-ciri seperti menjauh atau lari dari realitas, tidak mau mengadakan keterlibatan emosi dengan orang lain baik dengan mencintai, berkelahi atau berkompetisi dan individu ini selalu berusaha agar bisa hidup tanpa orang lain dan benar-benar tidak ingin tergantung pada orang lain.
Horney menambahkan bahwa setiap orang memiliki kebutuhan-kebutuhan ini pada tingkatan tertentu. Banyak dari kita menyadari bahwa pada waktu tertentu kita merasakan kebutuhan untuk memanfaatkan orang lain atau terbebas dari mereka, kebutuhan akan kasih sayang dan penerimaan dan sebagainya.
Tidak satupun dari kebutuhan ini selamanya neurotik atau abnormal, tetapi tampak sementara. Apa yang membuat mereka neurotik adakah intensitas dan kompulsifitas pengejaran dari kepuasan mereka sebagaimana cara mengatasi kecemasan dasar. Dalam kasus ini, kepuasan mereka tidak dapat menolong pengamanan perolehan individu tetapi hanya dapat menolong mereka dari rasa sakit akibat kecemasan. Dan juga ketika mengejar kepuasan kebutuhan ini hanya untuk menghindari kecemasan, seseorang berusaha untuk fokus pada satu-satunya kebutuhan dan mencari kepuasannya secara kompulsif dalam berbagai situasi.
Dalam pekerjaan terakhirnya, Horney menjadi tidak puas dengan sepuluh kebutuhannya, atau setidaknya menyebutkannya secara individu. Dia menyadari bahwa kebutuhan ini dapat dikelompokkan setidaknya dalam tiga kelompok, tiap-tiap kelompok merepresentasikan sikap mereka terhadap diri sendiri dan orang lain. Secara khusus, dia berkata bahwa tiap-tiap kebutuhan melibatkan salah satu berikut ini: gerakan menuju orang lain, gerakan melawan orang lain, atau gerakan menjauh dari orang lain. Sebagai contoh, kebutuhan (1) dan (2)—untuk kasih sayang/penerimaan dan untuk partner dominan—melibatkan gerakan menuju orang lain. Bergerak melawan orang lain termasuk kekuatan eksploitasi, prestise, pemujaan, dan ambisi akan kebutuhan. Kebutuhan akan kecukupan-diri, untuk kesempurnaan, dan untuk pembatasan hidup yang terbatas melibatkan gerakan menjauh dari orang lain. Horney menyebut tiga kategori gerakan direksional ini sebagai kecenderungan neurotik.
- Kecenderungan Neurotik
Karena kecenderungan neurotik berkembang dari mekanisme pertahanan yang didiskusikan di atas, kita akan melihat persamaan di antaranya. Dalam sebuah pengertian dapat kita katakan bahwa kecenderungan neurotik adalah perluasan dari alat perlindungan. Kecenderungan perilaku dan sikapnya adalah memaksa; yaitu, individu neurotik memaksa untuk berkelakuan sesuai dengan salah satu dari mereka. Mereka juga menunjukkan tidak pandang bulu pada sebuah dan semua situasi, termasuk interaksi dengan orang lain. Setiap kecenderungan neurotik ini menunjukkan jenis tingkah laku tertentu. Jenisnya antara lain: gerakan menuju orang (tipe mengalah); gerakan melawan orang (tipe agresif); gerakan memisah dari orang lain (tipe obyektif).
Gerakan mendekati orang
Kepribadian tipe mengalah dicirikan oleh kebutuhan kuat dan terus menerus akan kasih sayang dan penerimaan—kebutuhan untuk dicintai, dicari, dibutuhkan, dan dilindungi. Orang seperti ini menunjukkan kebutuhan untuk mendekati semua orang, tetapi mereka biasanya mempunyai kebutuhan pada seseorang—seorang teman atau teman menikah, dalam hal ini—siapa yang akan mengisi hidupnya dan memberi perlindungan dan bimbingan.
Orang ini mengontrol orang lain, terutama seorang teman mereka, berusaha agar menerima rasa sayangnya. Dalam kontrolnya ini mereka sering melakukan cara agar orang lain tertarik dan menyayanginya. Sebagai contoh, kepribadian mengalah seringkali sangat peka dan tanggap terhadap kebutuhan orang lain, terutama kebutuhan mereka akan empati dan rasa pengertian. Karena orang seperti ini sangat perhatian kepada kehidupan agar mereka merasa ideal dan mengharapkan orang lain, mereka sering berpendapat bahwa orang lain merasa tidak mementingkan diri sendiri, termasuk menjadi baik hati, menghargai dan sangat bermurah hati.
Dalam hubungannya dengan orang lain, kepribadian mengalah bersifat mendamaikan; menangguhkan hasrat mereka pada orang lain. Mereka bersedia untuk mengakui kesalahan dan patuh pada orang lain, tidak pernah bersikap tegas, kritis atau banyak permintaan. Singkatnya mereka akan melakukan situasi apapun atau yang diminta orang lain (sebagaimana mereka mengartikannya) untk memperoleh kasih sayang, pengakuan dan cinta.
Kepribadian mengalah menunjukkan sikap yang konsisten ke arah mereka sendiri. Pusat dari sikap ini adalah perasaan tidak berdaya dan lemah, bahwa mereka bersiap untuk mengakui diri sendiri dan orang lain apalagi mengenai daya tarik. Akibatnya mereka berkata: “lihatlah padaku, aku sangat lemah dan tidak berdaya dan kamu harus melindungi dan mencintai aku”.
Sebagai hasil dari sikap mendekati mereka menghormati orang lain yang lebih baik dari mereka. Bahkan di situasi dimana mereka sangat cakap dibandingkan orang lain, mereka masih menghormati kelemahan dari orang lain.
Karena keselamatan orang ini sangat bergantung pada orang lain, orang dengan sikap dan perilaku mendekati orang, menjadi sangat bergantung pada orang lain. Mereka secara konstan membutuhkan penerimaan dan cinta; adanya sinyal penolakan—nyata ataupun tidak—akan sangat mengerikan, menunjukkan peningkatan usaha untuk mendapatkan kembali kasih sayang dari orang yang mereka anggap telah menolak mereka.
Menghasilkan pemikiran bahwa sumber dari perilaku ini adalah orang yang tertekan oleh perselisihan. Horney menemukan bahwa orang mengalah telah tertekan (dalam pengertian freudian)perasaan kuat atau tantangan dan rasa ingin balas dendam, memiliki hasrat untuk mengontrol, memanfaatkan dan memanipulasi orang lain dan mempunyai kurang ketertarikan pada orang lain—cukup berlawanan dengan ekspresi tingkah laku dan sikap mereka. Tekanan harus tetap diawasi dan orang yang mengalah menjadi tunduk dan patuh, melakukan apapun yang orang katakan, lalu berusaha menyenangkan orang lain dan tidak mengharapkan apapun.
Gerakan melawan orang lain
Sesuai dengan nama yang menunjukkan kepribadian agresif, orang dengan movement againts people adalah kebalikan dari tipe mengalah. Orang seperti ini hidup di dunia dimana mereka melihat bahwa setiap orang adalah musuh dan hanya yang terkuat dan yang paling liciklah yang bertahan. Dunia terlihat seperti hutan di mana keunggulan, kekuatan dan keganasan adalah keahlian yang terpenting.
Meskipun motivasi mereka sama dengan tipe mengalah—pengurangan dari kecemasan dasar kepribadian agresif tidak pernah menunjukkan rasa takut yang sama terhadap penolakan. Untuk berhasil mengontrol dan berkuasa sangat penting bagi mereka, mereka harus secara konstan tampil pada level yang sangat tinggi. Dalam meningkatkan keunggulan dan menerima pengakuan, orang ini menemukan kepuasan dari memiliki kekuatan dan keunggulan yang ditegaskan oleh orang lain.
Mereka harus melebihi orang lain dan bagaimanapun juga mereka menilai setiap orang dari keuntungan apa yang bisa didapatkan dari hubungan mereka. Tidak ada ketenangan bagi orang lain dengan adanya kepribadian agresif; mereka mendebat, kritis, banyak permintaan dan memanipulasi—apapun yang diperlukan untuk menguasai perasaan unggul dan kuat.
Karena mereka bisa mengendalikan dirinya untuk menjadi yang terbaik dan paling cakap, mereka sebenarnya menjadi sangat sukses dalam pekerjaannya, walaupun mereka tidak mendapat kepuasan dari pekerjaannya. Pekerjaan mereka, seperti sesuatu yang lain dalam hidupnya, sebagai arti dari tujuan, tetapi bukan tujuan itu sendiri.
Orang dengan kepribadian agresif mungkin kelihatan sangat tidak memiliki keteguhan dalam mempertahankan dirinya dan rasa peraya diri dengan kemampuan mereka. Bagaimanapun juga, seperti kepribadian mengalah, mereka dikendalikan oleh rasa tidak aman, keemasan dan permusuhan.
Memisahkan diri dari Orang Lain
Orang-orang yang dikarakteristikkan dalam kepribadian yang memisahkan-diri mereka terdorong untuk mempertahankan jarak emosi dari orang lain. mereka pastinya tidak terlibat dengan orang lain dalam segala cara. Mereka pastinya tidak mencintai, benci ataupun kadang bekerja sama dengan orang lain. Agar mencapai sikap tidak terpengaruhnya, mereka berusaha untuk mencukupi-diri secara berlebihan dan memiliki banyak akal. Bagaimanapun juga, jika mereka berguna, mereka akan menjauh dan lepas dari orang lain, mereka pasti hanya percaya kepada pikiran mereka sendiri, yang pastinya berkembang dengan baik.
Kepribadian memisahkan-diri memiliki kebutuhan yang kurang terhadap privasi dirinya. Mereka perlu untuk menghabiskan banyak waktu yang memungkinkan dirinya untuk menyendiri, dan hal yang mengganggu mereka untuk berbagi bahkan dalam suatu pengalaman seperti halnya mendengarkan musik. Kebutuhan untuk bebas menyebabkan mereka menjadi sangat sensitif terhadap segala sesuatu yang mungkin mencoba untuk mempengaruhi, memaksa atau yang mewajibkan mereka melakukan sesuatu. Orang atau situasi yang mendesak mereka harus dihindari, termasuk adanya jadwal dan daftar kerja, kewajiban-kewajiban jangka lama seperti halnya hipotek ataupun pernikahan, atau bahkan hal-hal seperti hal-hal yang menekan seperti tekanan pada ikat pinggang atau pada saat menggunakan dasi.
Orang-orang yang memisahkan diri juga mengalami kebutuhan untuk merasa superior, tapi tidak dalam bentuk yang sama, seperti halnya pada kepribadian agresif. Orang-orang yang memisahkan diri ini tidak secara aktif bersaing dengan orang lain terhadap superioritas mereka, jadi mereka merasa bahwa kehebatan seharusnya diakui secara otomatis, tanpa suatu perjuangan atau usaha dalam bagian mereka. Satu manifestasi dari perhatian terhadap superioritas ini adalah merasa bahwa seseorang ini adalah individu yang benar-benar unik, berbeda dan terpisah dari orang lain.
Yang mungkin bisa anda bayangkan, orang-orang yang memisahkan diri tidak ingin terlibat dalam segala macam cara dengan orang lain., mereka menekan atau menyangkali semua perasaan terhadap orang lain, utamanya rasa cinta da rasa benci. Untuk mengembangkan kedekatan dengan orang lain akan mengantarkan seseorang untuk memperoleh suatu masalah atau konflik dengan mereka, dan hal ini harus dihindari. Karena kebutuhan ini mendesak emosi mereka, kepribadian yang terpisah ini memberikan tekanan yang kuat terhadap kemampuan membuat suatu pertimbangan, logika dan intelegensi.
Horney menemukan bahwa, pada seorang neurotik, satu dari tiga kecenderungan ini lebih dominan tapi dua kecenderungan lainnya juga hadir dengan tingkatan yang hampir sama. Seseorang yang utamanya agresif, contohnya, juga memiliki kebutuhan untuk pemenuhan-diri dan untuk memisahkan diri. Kecenderungan dominan, tentu saja, merupakan salah satu hal yang menetapkan perilaku seseorang dan sikapnya terhadap orang lain. Hal ini merupakan mode (cara) dari pemikiran dan tindakan terbaik yang dilakukan untuk menjaga dasar kecemasan untuk bertahan dan suatu penyimpangan dari kecenderungan diatas akan menyebabkan ancaman neurotik. Untuk alasan tersebut, dua mode lainnya pastilah secara aktif direpres atau ditekan. Tapi penekanan ini hanya dilakukan untuk membuat masalah lebih buruk; kekuatan dari penekanan neurotik cenderung sangatlah besar. Banyak indikasi bahwa satu dari cara-cara yang nondominan menekan ekspresi yang menyebabkan konflik yang berat dalam diri individu.
Konflik, selanjutnya digambarkan sebagai dasar pertentangan pada tiga kecenderungan dan konflik ini, Horney mendasari bahwa hal tersebut merupakan inti dari neurosis. Horney mengatakan bahwa semua orang, baik itu neurotis maupun normal, menderita berbagai macam konflik yang sama diantara mode-mode yang bertentangan pada dasarnya. Perbedaan antara orang normal dan neurotik adalah dalam intensitas konfliknya; banyak sekali intensitas konflik yang terjadi pada seorang neurotik.
Pada seseorang yang nonneurotik, semua tiga model mampu diekspresikan. Hal inilah, seseorang mungkin kadang agresif, kadang berkomplot, dan kadang pula memisahkan diri sesuai kebutuhan keadaan. Tiga kecenderungan bukanlah kategori khusus yang saling menguntungkan pada orang normal. Orang normal tidaklah berjuang untuk diri mereka sendiri tidak seperti orang neurotik, yang harus berperang menjaga mode nondominan yang direpres atau ditekan tadi.
Cara lain untuk mengenali perbedaan antara orang normal dan neurotik adalah hubungan fleksibilitas dalam sikap dan perilaku. Orang neurotik tampak kaku (rigid); mereka menjumpai semua situasi dengan cara yang sama atau kecenderungan untuk menghiraukan kesesuaiannya. Orang normal lebih fleksibel, memadukan perilaku mereka untuk beradaptasi dengan keadaan yang beraneka ragam.
- Idealisasi self-image (gambaran-diri)
Horney menyatakan bahwa kita semua—normal maupun neurotik—membangun self-image sebagai gambaran idealisasi dari diri kita sendiri yang mungkin ataupun tidak didasarkan dari realitas. Pada orang normal, self-image dibangun dalam penilaian yang realistik pada kemampuan dirinya, potensi, kelemahan, tujuan dan hubungan dengan orang lain. image ini akan memberikan sebuah perhatian terhadap kesatuan dan penyatuan terhadap seluruh kepribadian dan menjadi suatu frame of referennce dari apa yang kita temui dalam diri kita sendiri maupun orang lain. Agar kita mampu meraih tujuan akhir dari realisasi diri (self-realization)—perkembangan maksimum dan pemenuhan terhadap potensi-potensi yang kita miliki—self-image kita secara jelas merefleksikan diri kita sebenarnya.
Apa yang dialami neurotik, yang mengalami konflik antara perilaku model yang pada dasarnya bertentangan? melalui kebijakan konflik ini, the self (diri), kepribadian, berada dalam ketidak-utuhan dan ketidaselarasan. Bagaimana individu mampu menyatukan dan mengutuhkan tuntutan yang berbeda-beda ini?
Para penderita neurotik ini membangun sebuah self-image ideal untuk tujuan yang sama sebagai orang normal; untuk menyatukan kepribadiannya. Usaha dalam menyatukan menyebabkan kegagalan, bagaimanapun juga, karena model dari perkembangan diri pada neurotis ini tidak sesuai dengan kenyataan. Gambaran ini hanyalah ilusi bukanlah hal ideal yang mampu diraih.
Walaupun self-image neurotis jauh terbuang dari realitas, meskipun demikian hal tersebut nyata dan akurat bagi diri mereka. Orang lain bisa dengan mudah melihat sepanjang gambaran yang salah tersebut, tetapi tidak bagi orang neurotik. Orang neurotik percaya bahwa ketidaklengkapan dan hal yang menyesatkan dalam self-image mereka yang mereka pegang adalah nyata. Self-image ideal orang-orang neurotik merupakan sebuah jalan dari apa yang mereka rasakan, yang mereka bisa lakukan atau yang seharusnya mereka lakukan.
Self-image seorang realistik fleksibel dan dinamis, berubah seperti halnya individu yang berubah. Hal ini merefleksikan kekuatan baru, perkembangan baru dan kesadaran dan tujuan baru. Gambaran realistik selalu, terbagi, tujuan merupakan sesuatu untuk berusaha. Selanjutnya dua hal tersebut merefleksikan dan menuntun seseorang.
Self-image seorang neurotik, bagaimanapun juga, statis, tidak fleksibel dan keras kepala. Hal tersebut bukanlah suatu tujuan tetapi gagasan yang telah diatur, bukan suatu dorongan atau suatu pancingan ataupun tolak ukur untuk tumbuh tetapi halangan baginya. Hal ini akan menjadi sebuah kediktaktoran, tuntutan ketaatan atau kepatuhan yang kaku terhadap larangan tersebut.
Self-image dari neurotik bertindak sebagai pengganti ketidakpuasan terhadap rasa yang didasarkan pada realitas terhadap self-worthy dan self-confidence (kepantasan dan kepercayaan diri). Seorang neurotik memiliki sedikit percaya diri karena mereka merasa tidak aman atau cemas dan self-image mereka yang salah tidak membolehkan mereka untuk memperbaiki kekurangan mereka. Hal ini hanya menunjukkan sebuah rasa kepura-puraan terhadap kebanggaan dan kepantasan diri mereka.
Self-image bertindak untuk mengasingkan para neurotik ini bahkan jauh dari diri mereka sendiri. Selanjutnya. Berkembang untuk mendamaikan cara-cara yang bertentangan dalam perilaku, self-image neurotik menjadi satu elemen lebih dalam konflik dasar. Jauh dari pemecahan masalah, hal tersebut hanya menggabungkan ke dalamnya dan untuk menumbuhkan rasa kegagalan. Puncak pengabaian atau kerusakan dalam self-image neurotik yang ideal mengancam superioritas dan keamanan yang seluruh bangunannya telah dibangun untuk disediakan bagi self-image tersebut. Hal tersebut merupakan struktur yang lemah, dibangun dengan pemikiran yang salah, dengan fondasi yang lemah pada kenyataannya. Hal kecil saja yang dibutuhkan untuk merobohkannya. Horney menulis bahwa self-image neurotik merupakan, “harta karun didalam rumah yang diisi dengan dinamit.”
E. Teknik Pemeriksaan
Metode yang Horney gunakan untuk memeriksa kedalam keberfungsian kepribadian manusia secara esensi didukung oleh Freud—asosiasi bebas dan analisa mimpi–walaupun dengan modifikasi tertentu. Mungkin kebanyakan dasar yang berbeda dalam teknik antara Freud dan Horney adalah dalam hal hubungan antara analisis dan pasien. Horney percaya bahwa Freud memainkan peranan yang terlalu pasif dan terlalu jauh dan intelektual. Beliau percaya bahwa analisis seharusnya menjadi suatu “usaha untuk memulai suatu kerja sama secara halus” antara pasien dan terapis, walaupun analisis dengan sengaja memimpin proses yang ada.
Perbedaan besar lainnya antara Freud dan Horney adalah hubungan yang terbagi secara luas pada materi masa kanak-kanak dalam analisis. Menyingkat pemusatan pada pengalaman masa awal kanak-kanak dan memori, Horney menekankan kehadiran seseorang. Masa kanak-kanak tidak diabaikan dalam pendekatan Horney—sesungguhnya beliau menemukan bahwa materi masa kanak-kanak hampir selalu ditampilkan—tapi tujuannya adalah untuk menemukan pengaruh neurotik pada pasien yang mengikuti kehidupannya saat ini.
Horney juga menggunakan analisa mimpi dalam praktiknya, yakin bahwa mimpi menyatakan kebenaran diri seseorang. Mereka mewakili usaha untuk memecahkan konflik, maupun dengan cara yang konstruktif ataupun neurotis. Mereka mampu mengindikasikan kepada seseorang sebuah susunan sikap dalam diri mereka yang mungkin sangat berbeda dari dunia kepura-puraan yang ada dalam self-image diri mereka. Selama dengan Freud, Horney mempercayai bahwa maksud sebenarnya dari interpretasi harus diinterpretasi melalui analisis. Bagaimanapun juga, beliau tidak sering mendaftar simbol umum. Tiap mimpi, beliau pikir harus diinterpretasikan dalam sebuah konteks dari masalah pasien.
Ketika beliau menggunakan asosiasi bebas dan analisis mimpi sebagai teknik penting dalam pemeriksaan, Horney tidak mendisiplinkan dirinya hanya untuk metode tersebut. Mempercayai bahwa tiap orang unik dan memberikan masalah analisis yang belum pernah ditemui sebelumnya, beliau sangat fleksibel mengenai seberapa baiknya membongkar masalah pasien. Seorang analisis, beliau menyatakan pasti penyesuaian diri cukup untuk digunakan sebagai saran terbaik yang sesuai untuk tiap pasien.
F. PENGGAMBARAN HORNEY TENTANG SIFAT MANUSIA
Seperti yang telah kita lihat pada permulaan bagian ini, gambaran Horney tentang kita, seperti milik Adler, yaitu mempertimbangkan lebih optimis daripada milik Freud. Mungkin dasar paling penting untuk keoptimisan ini adalah kepercayaannya yang kuat bahwa kita tidak didominasi oleh kekuatan atau dorongan biologis untuk masalah, kecemasan (anxiety), neuroses, atau untuk suatu universalitas kepribadian.
Pada Horney, setiap manusia adalah unik. Perilaku neurotic, tentu saja, dapat terjadi dan dapat hilang, tapi, ketika hal ini terjadi, merupakan hasil dari kekuatan (dorongan) sosial-kondisi-kondisi yang terjadi pada masa awal kanak-kanak. Kondisi ini juga dapat memenuhi atau menggagalkan kebutuhan anak-anak untuk keamanan dan perlindungan. Jika kondisi ini menggagalkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, hasilnya adalah perilaku neurotik.
Jadi neuroses dan masalah bukan merupakan kondisi yang sudah harus diterima oleh manusia. Mereka dapat menghindarinya, Horney menegaskan agar anak-anak dibesarkan di rumah yang memberikan perlindungan, kepercayaan, cinta dan penerimaan yang genuine. Horney mencatat bahwa neurotik adalah “seorang anak tiri dari kebudayaan kita.”
Horney percaya bahwa dengan memberikan kondisi yang tepat pada masa anak-anak, banyak anak akan tumbuh dan berkembang di dalam kepribadian dewasa yang berintegrasi dengan baik dan menyatu. Setiap orang memiliki potensi yang dibawa sejak lahir untuk melakukan realisasi diri (seif-realization). Keinginan untuk berkembang yang ada sejak lahir, dan ini merupakan keistimewaan dan kebutuhan kita untuk mencapai tujuan dalam hidup.
Horney juga percaya, agak setuju dengan Adler, bahwa kita memiliki kapasitas untuk dengan sadar membentuk dan mengubah kepribadian kita, individu-individu dan lingkungan sosial dapat merubah lebih baik. Neuroses dapat dicegah oleh kondisi masa kanak-kanak yang tepat. Sifat manusia atau kepribadian. Karena fleksibel, bukan merupakan bakat dalam pembentukan pada masa kanak-kanak. Setiap orang memiliki kapasitas untuk mengubah pada cara mendasar. Pengalaman terakhir, kemudian mungkin sama pentingnya dengan masa kanak-kanak itu.
Kemampuan perkembangan diri tiap individu bahwa dia menegaskan analisis diri dalam kerja terapeutiknya dimanapun yang memungkinkan. Dia menulis buku yang berjudul “Self-Analysis” yang memperdebatkan pada kebaikan kemampuan individu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Self knowledge, dia mengatakan, yang artinya merupakan kebebasan kemampuan kita untuk berkembang secara spontan. Pencarian self-knowledge merupakan suatu hak dan kewajiban. Setiap dari kita mampu membentuk hidup kita sendiri dan meraih realisasi diri (self realization). Oleh karena itu, perilaku kita tidak sepenuhnya dapat ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Schultz, Duane. 1981. Theories of Personality. California: Brooks/Cole Publishing Company.
http://unikunik.wordpress.com/2009/05/03/teori-karen-horney/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar