Rabu, 14 Maret 2012

TEORI KEPRIBADIAN GORDON W. ALLPORT : PSIKOLOGI INDIVIDU



  1. Riwayat Hidup Gordon W. Allport
1. Nama lengkap : Gordon W. Allport
2. Lahir : Indiana, 1897
3. Anak : 3 dari 3 bersaudara
4. Meninggal : 6 Oktober 1967
5. Riwayat Pendidikan :
a. 1919, menyelesaikan pelajaran pokok Ilmu Ekonomidan Filsafat di Havard University.
b. 1920, mengajar di Robert College, Istambul dengan mata kuliah Sosiologi dan Bahasa Inggris.
c. 1922, mendapat gelar Ph. D Psikologi di Havard.
d. 1922-1924, belajar di Berlin, Hamburg, Cambridge (Inggris).
e. Menjadi guru tafsir psikologi Jerman di Amerika Serikat selama 10 tahun.
f. 1924, kembali dari Eropa menerima jabatan sebagai instruktur pada Departement of Social Ethis di Havard.
g. 1926, diangkat sebagai guru besar pembantu dalam psikologi di Darmouth College.
6. Prestasi dan Karyanya :
a. 1963, mendapat medali emas dari American Psychological Association (APA).
b. 1964, mendapat hadiah dari APA atas sumbangan –sumbangan ilmiahnya.
c. Selain itu dipilih menjadi Presiden dai APA dan The Society for Psychological Study of Social Issue dan sebagai editor Journal of Abnormal and Social Psychology selama 10 tahun.
d. Karya Gordon W. Allport antara lain :
1) Studies in expressive meansurement (dengan F.E. Vernon), 1993,
2) The Pcychology of radio (denan H. Cantril), 1935;
3) Personality : a psychological interpretation, 1937;
4) The use of personal documents inpsychologicaln science, 1942;
5) The psychology of rumour 9dengan L. Postman), 1947
6) The Individual and his religion,1950;
7) The nature of prejudice,1954;
8) The nature of personality selected papares, 1950.
9) Becoming: basic consideration for a psychology of personality, 1955.
Selain itu dia juga menyusun dua tes yang banyak sekali digunakan yaitu:
1) The A-S Reaction Study (dengan F. H. Allport), 1928
2) A Study of Values (dengan P. E. Vernon, 1931, lalu diperbarui pada 95 bersama-sama dengan P. E Vernon dan G. Lindzey).
  1. Pokok – pokok Teori Allport
1. Struktur dan Dinamika Kepribadian
a. Kepribadian, Watak dan Tempramen
1) Kepribadian
Bagi Allport definisi bukanlah sesuatu yang boleh dipandang enteng. Allport telah membahas 50 definisi yang telah dikemukan oleh para ahli dalam bidang tersebut. Setelah itu lalu dia berusaha mengkombinasikan unsur-unsur yang telah ada dalam definisi-definisi yang lebih dahulu itu dengan menghindari kekurangan-kekurangan yang pokok. Secara singkat dia definisikan kepribadian tu sebagai “ What a man really is”. Tetapi definisi itu kurang memadai dan berlampau singkat. Kemudian Allport mengemukakan definisi kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system psikofisis yang menentukan caranya khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan . (Allport, 1951, p. 48).
Definisi itu mempunyai maksud:
a) Organisasi dinamis menekankan kenyataan bahwa kepribadian iti selalu berkembang dan berubah walupun dalam pada itu ada organisasi system yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen daripada kepribadian.
b) Psikofisis menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah eksklusif (semata-mata) mental dan bukan pula semata-mata neural. Organisasi pribadi melingkupi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisah-pisah) dalam kesatuan kepribadian.
c) Menetukan menunjukkan bahwa kepribadian mengandung tendens-tendens determinasi yang memainkan peranan aktif dala tingkah laku individu.
d) Khas (unik, unique) menunjuk tekanan utama yang diberikan oleh Allport pada individualitas.
e) Menyesuaikan diri terhadap lingkungan , Allport menunjukkan keyakinannya, bahwa kepribadian mengantarai individu dengan lingkungan fisis dan lingkungan psikologisnya, kadang-kadang menguasainya. Jadi kepribadian adalah sesuatu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi dan menentukan.
2) Watak ( Karakter)
Allport menunjukan bahwa kata watak menunjukan arti normative; dia menyatakan bahwa “character is personality evaluated and personality is character devaluated “.(Allprt 1951, p. 52).
3) Temperamen
Bagi Allport temperamen adalah bagian khusus dari kepribadian yang diberikan definisi demikian :
“ Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah tidaknya kena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitat susasana gejala hati; gejala ini tergantung pada factor konstitusional, dan karenanya teutama berasal dati keturunan”. (Allport, 1951, p. 54).
b. Sifat (Trait)
1) Sifat
Sifat adalah tendens determinasi atau predisposisi dan diberikan definisi demikian :
“Sifat adalah system neuropsikis yang digeneralisasikan dan diarahkan, dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama, memulai serta membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresif secara sama” (Allport, 1951, p. 289).
Yang perlu dicatat dala definisi ini adalah tekanan terhadap individualitas dan kesimpulan bahwa kecenderungan itu tidak hanya terikat kepada sejumlah kecil perangsang atau reaksi, melainkan dengan seluruh pribadi manusia.
Allport mengikuti pendirian biofisik yang menyatakan bahwa trait adalh kenyataan terakhir dari organisasi psikologis dan dalam tulisannya (Personality) dia menyatakan :
“ Suatu sifat mempunyai lebih dari hanya eksistensi nominal saja; sifat itu tak tergantung kepada pengamat, tetapi nyata-nyata ada pada individu”. (Alport, 1951, p. 289).
Jelasnya :
Pandangan ini tidak beranggapan bahwa tiap nama sifat mesti mencerminkan suatu sifat, tetapi maksudnya di belakang semua kekaburan istilah itu, dibelakang ketidaksepakatan pendapat mengenainya dan terpisah dari kekhilafan dan kegagalan observasi empiris. Ada stuktur batin(mental structure) pada tiap kepribadian yang mencerminkan keselarasan tingkah lakunya.
2) Pengertian sifat dengan beberapa pengertian yang lain
a) Kebiasaan (habit)
Sifat (trait) dan kebiasaan (habit) kedua-duanya adalah tendens determinasi, akan teeapi sifat lebih umum, baik dalam situasi yang dicocokinya, maupun dalam response yang terjelma darinya.
b) Sikap (attitude)
Kedua-duanya itu adalah predisposisi untuk berespon, kedua-duanya adalah khas, kedua-duanya dapat memulai atau membimbing tingkah laku; kedua-duanya adalah hasil dari factor genetic dan belajar. Namun ada juga perbedaannya diantar kedua hal tersebut:
                                  I. Sikap (attitude) itu berhubungan dengan sesuatu obyek, sedangkan sifat (trait) tidak. Jadi sifat lebih umum daripada sifat ialah bahwa sifat itu hampir selalu lebih besar/luas daripada sikap: dalam kenyataannya makin besar obyek yang dikenai sikap itu, maka makin mirip dengan sifat. Sikap dapat berbeda-beda dari yang lebih khusus ke lebih umum, tetapi kalu sifat selalu umum.
                               II. Sikap biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap obyek yang dihadapinya, sedangkan sifat tidak.
c) Tipe
Alport membedakan antara sifat dan tipe. Menurut dia orang dapat memiliki sesuatu sifat, tetapi tidak dapat memiliki suatu tipe. Tipe adalah konstruksi ideal si pengamat, dan seseorang dapat disesuaiakn denagn tipe itu tetapi dengan konsekuensi diabaikan sifat khas pribadi sedangkan tipe malah menyembunyikannya. Jadi bagi Allport, menunjukkan perbedaan-perbedaan buatan yang tak begitu cocok dengan kenyataan sedangkan sifat adalah refleksi sebenarnya daripada yang sebenar-benar ada.
3) Sifat –sifat umum (bersama) dan sifat-sifat individual
Allport menyatakan bahwa di dalam kenyataan tidak pernah ada dua individu mempunyai sifat-sifat yang benar-benar sama. Walupun mungkin ada kemripan dalam sruktur sigat dari individu-individu namun selau ada corak yang khas mengenai cara bekerjanya sifat-sifat itu pada individu yang menyebabkan adanya perbedaan dengan sifat itu adalah individual artinya khas dan hanya dapat dikenakan kepada satu individu.
Allport mengakui bahwa karena pengaruh-pengaruh yang sama dari masyarakat dan kesamaan- kesamaan biologis yang mempengaruhi perkembangan individu, ada sejumlah kecil cara-cara penyesuaian diri secara kasar (garis besar) dapat dibandingkan. Jadi penyelidik mungkin menyusun ketentuan-ketentuan (ukuran-ukuran) yang menunjukkan aspek-aspek yang sama daripada sifat-sifat individual dan mempunyai sifat prediktif kasar – inilah sifat umum atau sifat nomothetis. Jadi pada umumnya Allport mengakui bahawa penyelidikan mengenai sifat-sifat umum itu akan berguna dalam konsepsi yang demikian itu menggambarkan individu setepat-tepatnya.
4) Sifat pokok, sifat sentral dan sifat sekunder
Allport membedakan antara sifat pokok, sifat sentral dan sifat sekunder sebagai berikut :
a) Sifat pokok atau cardinat trait
Sifat pokok ini demikian menonjolnya (dominanys) sehingga hanya sedikit saja kegiatan-kegiatan yang tak dapat dicari, baik secara langsung maupun tidak langsung bahwa kegiatan itu berlangsung pengaruhnya. Macam sifat ini relative kurang biasa dan kurang nampak pada tiap orang.
b) Sifat sentral (central trait)
Sifat-sifat ini lebih khas, dan merupakan kecenderungan –kecenderungan individu yang angat khas/karakteristik sering berfungsi dan mudah ditandai.
c) Sifat sekunder (secondary trait)
Sifat sekunder ini nampaknya berfungsinya lebih terbatas, kurang menentukan didalam deskripsi kepribadian, dan lebih terpusat atua khusus pada response-response yang didasarnya serta perangsang-perangsang yang dicocokinya.
5) Sifat-sifat ekspresif
Sifat-sifat ekpresif ini merupakan disposisi yang memberi warna atau mempengaruhi bentuk tingkah laku, tetapi kebanyakan orang mempunyai sifat mendorong. Contoh sifat-sifat ekpresif ini ialah melagak, ulet, dan sebagianya. Adapun tujuan yang dikejarnya orang sifat-sifat ini dapat bekerja, dapat memberi warana kepada tingkah lakunya.
6) Kebebasan sifat-sifat
Allport berpendapat bahwa sifat itu dapat ditandai bukan oleh sifat bebasnya yang kaku tetapi terutama oleh kualitas memusatnya. Jadi sifat itu cenderung untuk mempunyai pusat; di sekitar pusat itulah pengaruhnya berfungsi; tetapi tingkah laku yang ditimbulkannya juga secara serempak (simultan) dipengaruhi sifat-sifat lain.
7) Konsistensi (consistency) sifat-sifat
Jelas bahwa kesimpulan-kesimpulan yang dipergunakan untuk menandai sifa adalah konsisitensinya. Jadi sifat itu tidak dapat dikenal hanya keteraturan atau ketetapnya di dalam individu bertingkah laku. Kenyataan, bahwa ada banyak sifat –sifat yang saling menutup satu sama lain yang serempak aktif menunjukkan, bahawa ketidaktetapan (inconsistency) yang jelas di dalam tingkah laku individu relative akan sering diketemukan. Selanjutnya, kenyataan bahwa sifat-sifat itu terorganisasi secara khas individual memberi kesimpulan bahwa sifat-sifat itu mungkin meliputi unsur-unsur yang nampaknya tidak tetap apabila dipandang dari segi normative atau dari luar. Jadi, orang mungkin menyaksikan ketidaktetapan tingkah laku yang sebenarnya mencermikan batin yang tetap yang terorganisasi secara khas.
8) Intensi (intensio)
Lebih penting dari penyelidikan mengenai masa lampau ialah penyelidikan mengenai intensi atau keinginana individu mengenai masa depannya. Istilah intensi atau keinginan individu mengenai masa depannya. Istilah intensi digunkan dalam arti meliputu pengertian : harapan-harapan, keinginan-keinginan, ambisi, cita-cita seseorang. Teori Allport menunjukkan, bahwa apa yang akan dicoba dilakukan oleh seseoramg merupakan kunci dan hal yang terpenting bagi apa yang dikerjakannya sekarang.
c. Proprium
Allport mengemukakan hendaknya semua fungsi self atau ego itu disebut fungsi proprium (propriate fuction)daripada kepribadian. Fungsi-fungsi ini (termasuk kesadran jasmani, self identity, self esteem, self extention, rational thingking, self image, propriate striving, danfungsi mengenal ) semauanya adalah bagian-bagian yang vital daripada kepribadian. Dalam bidang inilah terdapat akar daripada ketetapan (consistency) yang menandai sikap intensi dan evaluasi. Proprium itu tidak dibawa sejak lahir tetapi berkembang did lam perkembangan individu.
d. Otonomi Fungsional (Functional Autonomy)
Pada pokoknya prinsip dari Otonomi Fungsional menyatakan, bahwa aktivita tertentu atau bentuk tingkah laku tertentu dapat menjadi akhir atau tujuan sendiri walaupun dalam kenyataannya mula-mula terjadi karena sesuatu alasan lain. Tiap tingkah laku, sederhana atau kompleks, walupun mula-mula diasalkan dari tegangan organis, dapat terus berlangsung dengan sendirinya tanpa adanya factor bilolgis yang memperkuatnya lagi (tanpa biological reinforcement).
Prinsip otonomi fungsional itu berarti :
1) Bahwa dorongan –dorongan itu terikat pada prinsip kekinian, jadi dorongan itu mendorong kini, terikat secara fungsional kepada asalnya atau tujuan yang lebih dulu, tetapi hanya terikat tujaun yang ada kini.
2) Bahwa sifat dorongan-doronagan itu dari kanak –kanak ke dewasa itu mengalami perubahan radikal, sehingga dapat dikatakan dorongan-dorongan pada masa dewasa itu merupakan tunas daripada dorongan-dorongan masa kanak-kanak.
3) Bahwa kedewasaan orang diukur dari taraf otonomi fungsional dorongan-dorongan yang telah dicapainya; dalam pada itu memang ada dalam tiap kepribadian itu sifat-sifat yang archais (infantilisme, regresi response-response, refleks), namun manusi yang bekebudayaan dan telah tersosoalisasikan menunjukkan kematangan sampai taraf-taraf tertentu.
4) Bahwa proses deferensiasi dalam belajar mempengaruhi temperamen dan bakat ke arah perkembangan yang devergen, mnyebabakan terbentuknya dorongan-doronagan yang khas individual.
Struktur dinamis tiap kepribadian itu unik, kendatipun kesamaan karena species, alam kebudayaan, mungkin menimbulkan kemiripan sampai batas tertentu.
5) Denagan tidak mengingkari kemungkinan adanya instink-instink pada masa kanak-kanak atau adanya sementara refleks atau tingkah laku instinktif selama hidup, namun prinsip otonom fungsional tetap menganggap kepribadian yang telak deasa itu secar hakiki merupakan gejala “post insnctive”.
2. Perkembangan Kepribadian
a. Kanak-kanak
Neonatus :
Allport memandang neonatus itu semata-mata sebagai makhluk yang dilengkapi dengan keturunan-keturunan, dorongan-dorongan/nafsu –nafsu dan refleks-refleks. Jadi belum memiliki bermacam –macam sifat yang kemudian dimilikinya. Dengan kata lain belum memilikimkepribadian. Pada waktu lahir ini anak telah mempunyai potensi-potensi baik fisik maupun temperamen, yang aktualisasinya tergantung perkembangan dan kematangan. Kecuali itu neonatus telah memiliki refleks-refleks tertentu (mengisap, menelan) serta melakukan gerakan-gerakn yang masih belum terdiferensiasikan, dimana hamper semua gerakan otot-otot itu ikut digerakkan.
b. Transformasi Kanak-kanak
Perkembangan itu melewati garis-garis yang berganda,. Bermacam-macam mekanisme atau prinsip dipakai untuk membuat deskripsi mengenai perubahan-perubahan sejak kanak-kanak sampai dewasa itu :
1) Diferensiasi
2) Integrasi
3) Pemasakan (maturation)
4) “Belajar”
5) Kesadaran diri )self consciousness)
6) Sugesti
7) Self Esteem
8) Inferiority, dan kompensasi
9) Mekanisme-mekanisme psikoanalitis
10) Otonomi fungsional
11) Reorientasi mendadak truma
12) Extension of self
13) Self obyektification ,instink dan humor
14) Pandangan hidup pribadi (personal Weltanschauung)
Menurut Allport manusia itu adalah organisme yang pada waktu lahirnya adalah makhluk biologis, lalu berubah/berkembang menjadi individu yang egonya selalu berkembang, sruktur sifat-sifatnya meluas dan merupakan inti daripada tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi masa depan.
c. Orang Dewasa
Pada orang dewasa faktor-faktor yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat (traits) yang terorganisasikan dan selaras. Sifat-sifat ini timbul dalam berbagai cara dari perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki neonatus. Biasanya individu normal mengerti/menyadari apa yang dikerjakannya dan mengapa itu dikerjakannya. Untuk memahami manusia dewasa tidak dapat dilakukan tanpa mengerti tujuan-tujaun serta aspirasi-aspirasinya. Motif-motifnya terutama tidak berakar di masa lampau (echo dari masa lampau) tetapi terutama bersandar pada masa depan.
Menurut Allport pribadi yang telah dewasa itu pada pokoknya harus memiliki hal-hal yang tersebut di bawah ini :
1) Extension of self
yaitu bahwa hidupnya tidak harus terikat secara sempit kepada kegiatan-kegiatan yang erat hubungannya dengan kebutuhan –kebutuhan serta kewajiban –kewajiban yang lansung. Dia harus dapat mengambil bagian dan menikmati bermacam-macam kegiatan. Suatu hal yang penting daripada extension of the self itu ialah proyeksi ke masa depan : merencanakan, mengharapkan (planning, hoping).
2) Self Objectification
Ada dua komponen pokok dalam hal ini, ialah humor dan insight:
a) Insight
                                          Adalah kecakapan individu untuk mengerti dirinya.
b) Humor
Yang dimaksud humor di sini tidak hanya berarti kecapakan untuk mendapatkan kesenangan dan hal yang menertawakan saja, melainkan juga kecakapan untuk mempertahankan hubungan positif dengan dirinya sendiri dan obyek-obyek yang disenangi, serta menyadari adanya ketidakselarasan dalam hal ini.
3) Falsafah hidup (Weltanschauung, philosophy of life).
Walaupun individu itu harus dapat obyektif dan bahkan menikmati kejadian-kejadian dalam hidupnya, namun mestilah ada latar belakang yang mendasari segala sesuatu yang dikerjakannya, yang memberinya arti dan tujuan. Religi merupakan salah satu hal yang penting dalam hal ini.