Sabtu, 29 Mei 2010

Studi: Mayoritas Remaja AS Suka Mencuri, Berbohong dan Menyontek

Studi: Mayoritas Remaja AS Suka Mencuri, Berbohong dan Menyontek

Bagi Remaja Amerika Serikat berbohong, mencuri dan menyontek merupakan hal biasa, perilaku tersebut mencapai “tingkat yang mengejutkan”, demikian hasil studi atas hampir 30.000 siswa sekolah menengah Senin.
Sikap dan prilaku sebanyak 29.760 siswa sekolah menengah di seluruh Amerika Serikat menjadi tanda yang tak bagus bagi masa depan ketika para pemuda itu menjadi orang tua, jenderal, wartawan, staf eksekutif perusahaan, polisi dan dan politikus generasi mendatang, kata lembaga nirlaba Josephson Institute.
Dalam “2008 Report Card on the Ethics of American Youth”, organisasi yang berpusat di Los Angeles tersebut menyatakan jawaban para remaja itu atas pertanyaan mengenai berbohong, mencuri dan menyontek mengungkapkan kebiasaan mengenai ketidakjujuran yang berakar pada tenaga kerja masa depan.
Anak laki-laki didapati berbohong dan mencuri lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan. Secara keseluruhan, 30 persen siswa mengaku mereka mencuri dari satu toko dalam waktu satu tahun terakhir, naik dua persen dari 2006.
Lebih dari sepertiga anak laki-laki (35 persen) mengatakan mereka telah mencuri barang, sedangkan anak perempuan yang mencuri berjumlah 26 persen.
Mayoritas besar, 83 persen, siswa sekolah agama swasta dan sekolah negeri mengaku mereka berbohong pada orang-tua mereka mengenai sesuatu yang penting, dibandingkan dengan 78 persen siswa sekolah nonagama yang independen.
“Menyontek di sekolah terus merebak dan bertambah parah,” kata studi tersebut. Di antara mereka yang ditanyai, 64 persen mengatakan mereka telah menyontek dalam tes, dibandingkan dengan 60 persen pada 2006. Dan 38 persen menyatakan mereka telah melakukannya dua kali atau lebih.
Kendati tak ada perbedaan jenis kelamin yang mencolok dalam masalah menyontek saat ujian, siswa dari sekolah independen nonagama memiliki angka menyontek paling rendah, 47 persen, dibandingkan dengan 63 persen siswa yang belajar di sekolah agama.
Studi itu memperingatkan, “Jumlah ini memang buruk, dan tampaknya menggarisbawahi tingkat ketidakjujuran yang diperlihatkan oleh kaum muda Amerika.”
Lebih seperempat siswa (26 persen), katanya, mengakui mereka telah berbohong setidaknya satu atau dua kali mengenai pertanyaan jajak pendapat tersebut.
“Meskipun tingkat ketidakjujuran ini tinggi, anak-anak ini memiliki citra-diri yang juga tinggi ketika sampai pada masalah etika,” katanya.
Sebanyak 93 persen siswa menyampaikan kepuasan dengan etika dan watak mereka sendiri, dan 77 persen mengatakan, “Ketika sampai pada masalah melakukan apa yang benar, saya lebih baik dibandingkan dengan yang diketahui kebanyakan orang,” (rpb/fani).


www.ilmupsikologi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar