Sejarah Psikologi Klinis dan Pendekatan Psikodinamika
A. Sejarah Psikologi Klinis
Selang waktu antara tahun 1896 dan 1946
merupakan tahun-tahun penting dalam Psikologi Klinis. Pada kurun waktu
tersebut, praktik maupun wacana tentang psikologi klinis mendominasi wacana
psikologi pada umumnya. Penggabungan istilah “psikologi” yang terkait dengan
istilah “klinik” yang artinya tempat orang berobat, pertama kali dilakukan oleh
L.Witmer (Arieti,1959 & Phares, 1993). Dari penggabungan ini dapat dilihat
bahwa bidang terapan ini berpijak pada dua disiplin ilmu yang berbeda yakni
psikologi akademik dan kedokteran. Psikologi Klinis adalah gabungan dari
Psikologi Medis (yang merupakan perkembangan dari psikiatri), dan “University
Clinicss” yang didirikan oleh L. Witmer yang merupakan perkembangan lebih
lanjut dari mental tests dan psikologi eksperimental, atau sering juga
disebut psikologi “akademik”, psikologi sebagai ilmu.
Ditelisik dari sisi sejarah, psikologi
klinis ditemukan oleh pria berkebangsaan Amerika, Lightner Witmer. Lightner Witmer pada tahun 1896 mendirikan Klinik Psikologis atau “Psychologocal
Clinic” yang pertama di Universitas Pensylvania. Oleh karena itu, tahun
1896 dianggap sebagai tahun penemuan psikologi klinis sebagai profesi. Pada
klinik ini tugas psikolog ialah memeriksa anak-anak yang mengalami kesulitan
menerima pelajaran. Klinik psikologi pada waktu itu tidak bergerak seagai adan
pel;ayanan bagi orang sakit atau orang-orang yang mengalami gangguan
penyesuaian diri. Di Universitas lain, pendirian klinik psikologis seperti itu
kemusian bermunculan, antara lain klinik psikologi yang dibangun oleh Carl E.
Seashore di Universitas IOWA. Pada tahun 1914 telah tercatat 19 klinik
psikologi yang dibangun, dan jumlahnya meningkat tajam pada tahun 1935 hingga
menjadi 87 buah klinik (Louttit, 1939).
Lighther Witmer merupakan alumni
Universitas Pensylvannia tahun 1988. Witmer bekerja di program doktoral bidang
psikologi bersama Wilhem Wundt di Leipzig. Setelah menyelesaikan program
doktoralnya, dia langsung ditunjuk sebagai direktur laboratorium psikologi
Universitas Leipzig.
Dimulai
ketika ada seorang guru sekolah bernama Margareth Maguire yang meminta Witmer
untuk membantu salah seorang muridnya- Charles Gilman- yang didiagnosa
mengalami kesulitan dalam mengeja. Witmer kemudian menerima tawaran tersebut.
Tak disangka, hal ini menghantarkan dia sebagai psikolog klinis pertama, dan
pada saat yang sama, ia memulai usaha untuk mendirikan klinik psikologi pertama
di dunia.
Pendekatan
yang pertama kali dilakukan oleh Witmer adalah dengan assesmen (menilai)
masalah Charles disusul menyusun rangkaian pengobatan yang tepat. Penilaian
psikologis menunjukkan bahwa Charles mengalami kerusakan visual, baik dalam hal
membaca dan masalah mengingat. Hal tersebut diberi istilah oleh Witmer dengan
"amnesia verbal-visual, atau sekarang disebut disleksia. Witmer menggunakan
tutorial yang intensif guna membantu si anak dalam mengenal kata tanpa terlebih
dahulu mengejanya. Cara ini berhasil sehingga Charles bisa kembali normal
membaca.
Tidak semua
yang dilakukan oleh Witmer berpengaruh secara merata, artinya bisa diterapkan
di segala umur, akan tetapi ada beberapa aspek klinis terbarunya yang
diperuntukkan untuk pekerjaan klinis berikutnya:
1. Kebanyakan kliennya adalah anak-anak,
perkembangan natural sejak Witmer menawarkan kursus tentang psikologi anak,
telah mempublikasikan karyanya di jurnal pediatris, dan telah menarik minat
guru yang memperhatikan masalah siswa mereka.
2. Rekomendasinya guna membantu para klien
didasari oleh asesmen diagnostik
3. Dia tidak bekerja sendiri, akan tetapi
dengan pendekatan tim yang merekrut anggotanya dari berbagai profesi, saling
berkonsultasi dan berkolaborasi dalam kasus-kasus tertentu.
4. Ada penekanan yang jelas pada pencegahan
masalah mendatang melalui diagnosa dan pengobatan awal.
5. Dia menekankan bahwa psikologi klinis
harus dibangun di atas prinsip yang ditemukan atas dasar psikologi ilmiah.
Pada tahun
1897, ada klinik baru yang menawarkan kursus 4 pekan pada musim panas. Kursus
ini menawarkan presentasi kasus, instruksi tes diagnosa, dan teknik demonstrasi
pengobatan. Pada tahun 1900, sebanyak 3 anak per hari diberikan oleh staf
klinis. Selama tahun akademik 1904-1905, Universitas Pensylvnia menawarkan
program psikologi klinis di bawah pengawasan Witmer.
Akan
tetapi, pengaruh klinik Witmer, sekolah, jurnal, dan pelatihan-pelatihan menjadi
terbatas. Witmer merasa bahwa psikologi klinis berputar-putar saja, stagnan.
Akan tetapi Witmer memiliki sedikit hal yang telah dilakukannya dan kemudian
mengendalikannya. Itu semua disebabkan karena ia mengabaikan
perkembangan-perkembangan yang akan terjadi di kemudian hari. Sebagai contoh,
Witmer mengabaikan tes intelijensi Binet dan Skala Binet-Simon ketika keduanya
diperkenalkan di Amerikan Serikat. Seperti tes Binet terdahulu, instrumen ini
dirancang untuk mengukur proses mental yang rumit, bukan untuk mengukur mental
biasa yang dilakukan oleh Witmer. Walaupun Binet mengingatkan bahwa alatnya
tidak menyediakan pengukuran objektif keseluruhan intelijensi, tetapi tes
Binet-Simon ini mencuri perhatian banyak kalangan. Henry H. Goddard dari
Vineland (New Jersey) Training School pernah mendengar hal itu ketika dia
berada di Eropa pada tahun 1908 dan membawa skala Binet-Simon ke U.S untuk
melakukan asesmen kecerdasan anak yang menderita "feeble minded" di
klinik yang telah ia bangun dua tahun sebelumnya. Popularitas translasi Goddard
terhadap skala Binet-Simon dan revisi atas Lewis Terman pada tahun 1916 tumbuh
begitu cepat di Amerika Serikat sehingga melampaui popularitas tes-tes
intelijensi lain, termasuk alat tes Witmer. Skala Binet menyediakan fokusnya
pada fungsi asesmen psikologi klinis yang sudah tidak lagi diurus sampai tahun
1910.
Selain itu,
Witmer juga mengabaikan asesmen klinis orang dewasa, layanan yang digunakan
ahli klinis lain guna memberikan pertolongan kepada para psikiater untuk
mendiagnosa dan merencanakan perawatan kerusakan dan masalah lainnya. Malah,
pengujian psikologis mental pada pasien di beberapa rumah sakit menjadi hal
yang rutin dilakukan pada tahun 1907. Asesmen serupa dilakukan di penjara untuk
membantu anggota agar bisa mengidentifikasikan narapidana yang terganggu
mentalnya atau merencanakan program rehabilitasi.
Pada
akhirnya Witmer tidak bergabung dengan ahli klinis lain dalam praktek
psikoterapi atau dalam mengadopsi pendekatan Freudian dalam menangani kasus
gangguan. Pendekatan Freud menjadi terkenal di kalangan psikologi melalui
perkumpulan psikiater di rumah sakit jiwa serta melalui klinik bimbingan anak
yang secara rutin mempekerjakan para psikolog. Pergerakan bimbingan anak di AS
distimulasi oleh komite nasional tentang kesehatan mental, sebuah kelompok yang
didirikan oleh mantan pasien jiwa, Clifford James, dan didukung oleh William
James, psikolog Harvard, dan Adolf Meyer, psikolog kota yang paling menonjol.
Dengan sokongan dana dari dermawan Henry Phips, komite tersebut bekerja demi
memperbaiki perawatan penyakit mental dan untuk mencegah gangguan psikologis.
Klinik bimbingan
pertama ditemukan di Chicago pada 1909 oleh seorang psikiater bernama William
Healy. Dia mempunyai banyak kesamaan dengan Witmer. Hanya saja dia lebih fokus
pada kasus-kasus perilaku menyimpang anak-anak yang disebabkan oleh otoritas
sekolah, polisi atau pengadilan. Klinik Healy berlandaskan pada asumsi bahwa
pelanggaran yang dilakukan anak kecil yang menderita penyakit mental yang harus
ditangani sebelum hal tersebut menimbulakan masalah yang lebih serius. Kedua,
pendekatan yang diambil oleh staf di klinik psikologi Healy di Chicago sngat
dipenagruhi oleh teori psikodinamik Freud.
Pendekatan
dinamik ini menerima dorongan yang kuat ketika pada tahun yang sama Healy
membuka klinik, G. Stanley Hall, seorang psikolog, mengatur waktu Freud dan dua
pengikutnya, Carl Jung dan Sandor Ferenczi, untuk mendiskusikan perayaan
tahunan universitas Clark di Worcester, Massachusetts. Acara dan materi yang
digabungkan ini menjual psikoanalisis kepada psikolog Amerika (meskipun bukan
pada Witmer, yang saat itu tidak hadir: Routh, 1996).
Kiblat
psikolog menjadi berubah ke arah model Healy mengenai masalah psikologi klinis
dan klinik bimbingan anak. Fakta ini sejalan dengan menyebarnya penggunaan tes
intelijensi Binet, meninggalkan Witmer dengan background psikologi klinisnya.
Tentu saja dia masih aktif, akan tetpi dia lebih fokus pada fungsi dan klien
yang sudah lebih dulu ada, bergabung dengan psikologi sekolah, konseling
kejuruan, terapi bicara, dan perbaikan pendidikan dengan menggunakan psikologi
klinis.
Pada tahun
1946, barulah psikoterapi menjadi aktivitas profesional yang tetap bagi
psikolog klinis. Sejak 1970-an, kebanyakan psikolog klinis melakukan kegiatan
psikoterapi, sementara kegiatan asesmen atau diagnosis hanya menyita 10% saja
dari keseluruhan waktu praktik yang digunakan.
Dalam kegiatan praktisnya, psikolog klinis
lebih sedikit mirip psikolog pada umumnya dari pada pendeta atau manager
persoalia atau dokter. Yang sama diantara mereka adalah evaluasi individu pada
waktu dan pada perangkat lingkungan tertentu. Tugas utamanya adalah memahami
individu secara lebih mendalam sebagai landasan untuk penanganan berikut
keperluan tertentu yang telah dirancang.
Oleh karena psikologi klinis tidak
mempunyai pendidikan dasar kedokteran, maka hak seorang psikolog klinis untuk
memberikan psikoterapi sekiar tahun 1950-1980 seringkali dipermasalahkan.
Istilah psikoterapi hanya dapat dilakukan oleh psikiaer. Ada pendidikan fomal
yang biasanya dilakukan di universitas untuk tujuan memperoleh gelar, dan ada
pendidikanpreaktik yang dilakukan dalam nstitusi untuk menujang
ketrampilan-ketrampilan khusus yang terkait dengan psikologi dan asrsmen
psikologik. Untuk pendidikan praktik, yang berperan penting ialah organisasi
profesi.
Yap Kie Hien (1968) mengemukakan beberapa
istilah lain untuk “Psikologi klinis.” Istilah-istilah ini tidak sepenuhnya
memeliki arti yang sama karena tiap istilahmewakili aliran berbeda-beda.
Istilah-istilah tersebut adalah psikopatologi, psikologi abnormal, psikologi
medis, pato psikologi dan psikologi mental health.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa
psikologi klinis mencakup nasesmen, intervensi dan penelitian. Di luar negri
kemantapan psikologi klinis sebagai suatu profesi dalam praktik psikologi
klinis didukung oleh organisasi profesi psikologi klinis, diterbitkan jurnal
yang memuat penelitian-penelitian psikologi klinis, didirikannya program study
untuk psikologi klinis yang didukung organisasi profesi dan lain-lain.
- Psikologi
Klinis di Tengah Perang Dunia II
Ketika
Amerika memasuki PD I, militer dalam jumlah besar direkrut dan harus
diklasifikasikan menjadi orang yang punya intelektual dan orang yang stabil
psikologisnya. Tidak ada teknik yang digunakan untuk melakukan hal ini.
Kemudian pihak militer meminta Robert Yerkes (yang kemudian menjadi presiden
APA) untuk memimpin komite psikolog eksperimental yang berorientasi pada
asesmen yang mengembankan pengukuran yang tepat. Untuk mengukur kemampuan
mental, komite tersebut mengeluarkan tes intelejensi Army Alpha dan Army
Betha, dan untuk membantu mendeteksi gangguan perilaku. Selain itu, ini
juga merekomendasikan penemuan Psychoneurotic Robert Woodworth's. Pada tahun
1918, para psikolog telah mengevaluasi hampir 2 juta orang.
Ahli klinis
menggunakan variasi yang lebih luas mengenai tes intelijensi untuk anak dan
dewasa dan menambah pengukuran baru tentang kepribadian, minat, kemampuan
khusus, emosi, dan perilaku. Mereka mengembangkan alat tes sendiri, sambil
mengadopsi dari alat tes lain yang diambil dari psikiater Eropa yang
orientasinya psikoanalisis. Beberapa tes yang familiar pada masa ini adalah Jung's
Association Test (1919), Roschach Inkblot Test (1921), the Miller
Analogies Test (1926), the Goodenough Draw-A-Man Test (1926), the
Strong Vocationl Interest Test (1927), the Thematic Apperception Test
(TAT) (1935), the Bender-Gestalt Test (1938), dan the
Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (1939).
Pada tahun
1930, terdapat sekitar 50 klinik psikologi dan sedikitnya sekitar 12 klinik
bimbingan anak di AS. Psikolog klinis dalam seting ini menyadari bahwa mereka
sedang berurusan dengan dunia pendidikan, bukan dengan masalah psikiatris. Akan
tetapi, perbedaan ini tumbuh lamban, secara perlahan, ahli klinis menambah
fungsi perawatan pada asesmen mereka, training-training, dan alat-alat
penelitian.
Pada
1930-an akhir, psikologi klinis tidak hanya dikenal sebagai profesi. Pada
permulaan PD II, masih tidak terdapat program training untuk ahli klinis, hanya
sedikit sekali yang menyelenggarakan program doktoral, M.A dan paling banyak
pada program B.A. Untuk mendapatkan pekerjaan sebagai psikolog klinis,
dibutuhkan beberapa keahlian tentang tes, psikologi abnormal, perkembangan
anak, dan juga tertarik dengan orang banyak. Departemen-departemen psikologi
Universitas enggan untuk mengembangkan program pascasarjana dalam psikologi
klinis karena fakultas mereka mempertanyakan penerapan psikologi dan mereka
khawatir dengan biaya pelatihan klinis yang cukup mahal.
Seluruh
materi pokok psikologi klinis modern telah diadakan. Enam fungsinya – asesment,
treatment, research, teaching, consultation, dan administrasi – sudah
bermunculan. Psikologi klinis telah berkembang melalui klinik-klinik aslinya
serta melalui rumah sakit, penjara dan setting-setting lainnya. Parktisinya pun
pada saat itu bekerja dengan anak-anak dan orang dewasa.
- Pasca Perang Dunia
Pasca
perang dunia II pengenalan hukum psikologi klinis sebagai profesi tumbuh dengan
baik. Pada masa pasca perang, hukum menyediakan lisensi atau sertifikasi bagi
para ahli klinis yang punya kualifikasi tinggi, dan APA membuat grup sertifikat
mandiri untuk mengidentifikasi individu yang telah mencicipi banyak pengalaman
dan mengusai banyak keahlian.
Penelitian
klinis juga meluas setelah PD II dan menghasilkan banyak kesimpulan negatif
pada ketidakmanfaatan tes kepribadian, nilai keputusan diagnostik dibandingkan
dengan keputusan yang statistik, dan efektifitas psikoterapi tradisional.
Penelitian ini membuat ketidakpuasan terhadap metode standar penilaian klinis
dan ini termotivasi oleh perkembangan pendekatan-pendekatan baru untuk merawat,
termasuk pendekatan humanistik dan behavioral.
Pada tahun
1980, hampir seluruh yng berkaitan dengan psikologi klinis sebelum PD II telah
berubah. Psikolog klinis sebelum PD merupakan ahli diagnosa yang kliennya
adalah anak-anak. Setelah 1945, fungsi, setting, dan klien dari psikologi
klinis berubah drastis. Sekarang, ahli klinis bisa menikmati jangkauan yang
lebih luas tentang pendekatan teori dan alat-alat praktek untuk melakukan
asesemen dan untuk merubah prilaku manusia.
- Psikologi Klinis pada abad -21
Perjalanan
sejarah psikologi klinis mengalami kemajuan pesat selama lebih dari 100 tahun,
akan tetapi baik perkembangannya maupun pengujiannya belum sempurna. Ketika
memasuki abad 21, psikologi klinis banyak menemui hal yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Termasuk cara melatih siswa, layanan yang disediakan ahli klinis,
seting yang digunakan, cara pembayaran, dan teori yang membimbing mereka serta
perawatan gangguan psikologis.
(Disarikan dari Nietzel et.al)
- Perkembangan Psikologi Klinis di
Indonesia
Di Indonesia sendiri pendidikan psikologi
dipelopori oleh Slamet Iman Santoso. Pendidikan ini diharapkan dapat membentuk
suatu lembaga yang mampu menempatkan the right man in the right place,
karena pada masa itu banyak kejadian di mana orang-orang yang kurang kompeten
menduduki posisi penting sehingga membuat keputusan yang salah
Awal dari pendidikan psikologi dilakukan
di lembaga psikoteknik yang dipimpin oleh Teutelink yang kemudian menjadi
program stiudy psikologi yang pernah bernaung di bawah brbagai fakultas di lingkungan
Universitas Indonesia. Di Jakarta, mata kuliah filsafat dinaungi fakultas
sastra; mata kulah statistik oleh fakultas ekonomi, dan mata kuliah faal oleh
fakultas kedokteran.
Program studi psikologi kemudian pada
tahun 1956-1960 menjadi jurusan psikologi pada fakultas kedokteran UI. Pada
tahun 1960 psikologi menjadi fakultas yang berdiri sendiri di UI (Somadikarta et.
Al. 2000). Kurikulm dan pelaksanaan program study psikologi dimulai sebelum
tahun 1960, dibina oleh para pakar yang mendapat pendidikan Doktor (S3) dan Diploma
dari negeri Belanda dan Jerman. Liepokliem mendirikan bagian klinis dan
psikoterapi bertempat di barak I RSUP (RSCM). Yap Kie Hien mendirikan bagian
psikologi eksperimen di salemba. Myra Sidharta mendirikan klinik bimbingan
anak. Koestoer dan Moelyono memimpin bagian psikologi kejuruan dan perusahaan
(sekarang psikologi industri dan organisasi) kemudian diperkuat oleh
A.S.Munandar. bagian posikologi sosial dirintis oleh Marat kemudian dipimpin
oleh Z.Joesoef. setelah kepergian Liepokliem ke Australia, bagian psikologi
klinis dan psikoterapi berganti nama menjadi bagian psikologi klinis dan
konseling dipimpin oleh Yap Kie Hien (1960-1969). Namun dengan adanya
pengertian yang luas tentang psikologi klinis, maka nama bagian psikologi klinis-konseling
berganti lagi menjadi bagian psikologi klinis.
Sejak tahun 1992, pendidikan akademik dan
pendidikan profesi psikolog dipisahkan untuk memungkinkan sarjana psikologi
meneruskan ke bidang lain yang mereka minati. Sebelumnya, sarjana psikologi
adalah juga psikolog karena pendidikan praktik digabungkan pendidikan akademik.
Sejak tahun 20200, suatu forum menyepakati bahwa prasyarat bagi pendidikan
profesi psikolog – agar dapat melakukan praktik psikologi – adalah tingkat S2,
namun hal itu baru diberlakukan di UI saja. Forum ini terdiri dari dekan-dekan
Fakultas Psikologi – yang kini mencapai 20 Fakultas Psikologi negeri dan swasta
– dan organisasi Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi).
Sejak 1994, psikolog yang berpraktik –
artinya memberikan konsultasi psikologi, melakukan asesmen atau
psikodiagnostik, dan melakukan konseling dan terapi – diwajibkan memiliki Izin
Praktik Psikolog. Izin ini diperoleh setelah mereka memperoleh rekomendasi dari
oeganisasi profesi – dulu Ikatan Sarjana Psikologi, sekarang Himpsi. Izin
diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja (1994-2000) dan rencananya akan
dikeluarkan oleh Himpsi sendiri.
Di Indonesia pendidikan profesi spesialis
psikologi klinis secara formal belum diadakan, padahal sebenarnya sudah cukup
banyak pakar yang berpengalaman di berbagai bidang psikologi klinis seperti
terapi tingkahlaku, family therapy, counseling. Upaya untuk membuka
jalur pendidikan spesialistik-profesional semestinya didukung oleh organisasi
profesi (ISPSI/HIMPSI) karena pihak pemerintah – yakni Direktorat Pendidikan
Tinggi Dep. Pendidikan Naisonal – lebih mengutamakan pendidikan akademik S1,
S2, dan S3.
B.
Pendekatan Psikodinamika
Bentuk
teori kepribadian dan terapi ini muncul dalam konteks medis dengan asumsi dasar
bahwa klinisi menangani patologi. Freud menyebut pendekatan ini psikoanalisis,
tetapi istilah psikodinamika lebih banyak digunakan karena dapat mencakup
psikoanalisis dan berbagai macam pendekatan yang muncul berdasarkan pemikiran
Freud, yang semuanya menekankan pada pentingnya ketidaksadaran. Kata dinamik
dimaksudkan sebagai istilah psikologis yang paralel dengan dinamika fisik, yang
berhubungan dengan berbagai kekuatan yang mengubah sebuag benda dari inertia (kelembaman
) dan equilibrium (kesetimbangan) yang terus –menerus. Psikoterapis psikodinamika tertarik dengan
kekuatan-kekuatan perubahan, terutama emosi, insting, motif, dan konflik.
Teori psikodinamika atau tradisi klinis
berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama,
manusia adalah bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian
dari sistem enerji. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma
psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu
berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari.
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund
Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan
sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudia ikut memakai
paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya, seperti :
Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud,
Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan. Teori psikodinamika
berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan tingkah
laku sebagai penyakit. (Alwisol, 2005 : 3-4).
Adapun tokoh- tokoh
pendekatan psikodinamika adalah
- Sigmund Freud
Teori
Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang
sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi,
psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi
struktur, dinamika, dan perkembangannya.
Struktur Kepribadian
Menurut
Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran,
yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).
Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan
ketiga unsur tersebut. Baru pada
tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das
Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi
melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005 :
17).
Freud berpendapat bahwa kepribadian
merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das
Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan
dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing
memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Ketiga
unsur kepribadian tersebut dengan
berbagai dimensinya disajikan dalam tabel berikut
a.
Das Es (the Id)
Menurut
Freud, das Es berfungsi berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle),
munculnya dorongan-dorongan yang merupakan manifestasi das Es, adalah dalam
rangka membawa individu ke dalam keadaan seimbang. Jika ini terpenuhi maka rasa puas atau senang akan
diperoleh.
Das Es yang dalam bahasa Inggris disebut
The Id adalah aspek kepribadian yang
dimiliki individu sejak lahir. Jadi das Es merupakan factor pembawaan. Das Es merupakan aspek biologis dari
kepribadian yang berupa dorongan-dorongan instintif yang fungsinya untuk
mempertahankan konstansi atau keseimbangan. Misalnya rasa lapar dan haus
muncul jika tubuh membutuhkan makanan
dan minuman. Dengan munculnya rasa lapar dan haus individu berusaha
mempertahankan keseimbangan hidupnya dengan berusaha memperoleh makanan dan
minuman..
b. Das
Ich
Das
Ich yang dalam bahasa Inggris disebut The Ego merupakan aspek kepribadian yang diperoleh sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Freud, das Ich merupakan aspek
psikologis dari kepribadian yang fungsinya mengarahkan individu pada realitas
atas dasar prinsip realitas (reality principle).
c. Das
Ueber Ich
Das
Ueber Ich atau the Super Ego adalah aspek sosiologis dari
kepribadian, yang isinya berupa nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya
normative. Menurut Freud das Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi
nilai-nilai dari figur-figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi
individu. Fungsi das Ueber Ich adalah:
1) Sebagai pengendali das Es agar
dorongan-dorongan das Es disalurkan dalam bentuk aktivitas yang dapat
diterima masyarakat;
2) Mengarahkan das Ich pada
tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral;
3)
Mendorong individu kepada kesempurnaan.
Dalam
menjalankan tugasnya das Ueber Ich dilengkapi dengan conscientia atau
nurani dan ego ideal. Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang
melalui internalisasi dari peri-ngatan dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal
dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.
- Alfred Adler
Tokoh
yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937),
yang pada mulanya bekerja sama dengan dalam mengembangkan psikoanalisis. Karena
ada perbedaan pendapat yang tidak bisa diselesaikan akhirnya Adler keluar dari
organisasi psikoanalisis dan bersama pengikutnya dia mengembangkan aliran
psikologi yang dia sebut Psikologi Individual (Idividual Psychology).
a.
Konsep-konsep psychology individual
1) Menurut
Adler manusia itu dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah. Kondisi ketidak
berdayaan ini menimbulkan perasaan inferior (merasa lemah atau tidak mampu) dan
ketergantungab kepada orang lain.
2) Manusia,
menurut Adler, merupakan makhluk yang saling tergantung secara sosial. Perasaan
bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama
kesehatan jiwanya.
b.
Dua dorongan pokok
1) Dalam
diri setiap individu terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatar
belakangi segala perilakunya, yaitu :
2) Dorongan
kemasyarakatan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan orang lain;
3) Dorongan
keakuan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan diri sendiri.
c. Perjuangan menjadi sukses atau ke arah
superior
Individu memulai hidupnya dengan kelemahan
fisik yang menimbulkan perasaan inferior. Perasaan inilah yang kemudian menjadi
pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada inferioritasnya.
d.
Gaya hidup (style of life)
Menurut Adler setiap orang memiliki
tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior. Namun setiap orang berusaha mewujudkan
keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbeda-beda. Adaler menyatakan bahwa
gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai
tujuan khusus yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan dalam kehidupan
tertentu di mana dia berada (Alwisol, 2005 : 97).
e.
Minat sosial (social interest)
Adler berpendapat bahwa minat sosial
adalah bagian dari hakikat manusia dalam dalam besaran yang berbeda muncul pada
tingkah laku setiap orang. Minat sosial membuat individu mampu berjuang
mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat ke salah suai.
Bahwa semua kegagalan, neurotik, psikotik, kriminal, pem,abuk, anak bermasalah,
dst., menurut Adler, terjadi karena penderita kurang memiliki minat sosial.
- Carl Gustav Jung
Dikenal
mengmbangkan Analytical Psychology. Sebagai murid Freud, Jung juga mengajukan
keberatan terhadap beberapa konsep utama Freud yang menyebabkan hubungan
keduanya renggang dan retak. Perbedaan utama Jung dan Freud terletak pada
pandangan mereka tentang ketidak sadaran. Meskipun keduanya menekankan
ketidaksadaran sebagai penentu perilaku menusia (bahkan Jung lebih kuat dalam
hal ini) tapi mereka berbeda posisi tentang asal ketidaksadaran ini. Freud
mengatakan bahwa unsure seksual adalah factor utama dan dominant dalam
ketidaksadaran, sementara Jung sangat tidak setuju dengan pandangan ini dan
menyatakan bahwa sumber ketidaksadaran adalah warisan dari nenek moyang
sehingga sifatnya social dan tergantung ras.
Jung
lahir di Swiss, ayahnya adalah seorang pendeta dan unsure religius nantinya
banyak berperan dalam pemkiran-pemikirannya. Ia belajar kedokteran di
Universitas Basel, lulusan 1900. kemudian ia ditunjuk bekerja di klinik
psikiatri Universitas Zurich tahun 1909. ia adalah ketua utama International
Psychoanalitic Association tahun 1911. tahun 1914 ia mngundurkan diri dari
posisinya tersebut dan mendirikan analytical Psychology. Pada tahun 1920an ia banyak melakukan ekspedisi
lapangan ke Afrika dan Amerika Selatan sambil meneliti dan mengembangkan
teorinya. Ekspedisi ini secara signifikan mempengaruhi teori-teorinya yang
kental unsur budayanya. Tahun 1948 C.G Jung Institute didirikan di Zurich untuk
mengembangkan teorinya dan teknik teapinya.
Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran
dengan konsep utamanya, collective unconcious. Konsep ini sifatnya
transpersonal, ada peda seluruh manusia. Hal ini dapat dibuktikan melalui
struktur otak manusia yang tidak berubah. Collective unconcious terdiri dari
jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu, cakupannya sampai pada
masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut pada binatan buas, dan
lain-lain. Collective unconcious menjadi dasar kepribadian manusia karena di
dalamnya terkandung nilai dan kebijaksanaan yang dianut manusia.
Ide-ide yang diturunkan atau primordial
images disebut sebagai archetype. Terbentuk dari pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama. Ada
beberapa archetype mendasar pada manusia, yaitu persona, anima, shadow, self. Archetype
inilah yang menjadi isi collective
unconciousness.
Evaluasi Jung:
Jung
memasukkan unsure budaya dalam aliran psikoanalisa sehingga teorinya juga
menjangkau bidang luas, seperti sejarah, seni dan lain-lain. Berdasarkan teori
Jung, para ahli tes psikologi seperti Eysenck dan Cattell menyusun tes
kepribadian setelah menguji validitas teori Jung secara statistic.
Prinsip dan Karakteristik Inti Terapi
Psikodinamika
1.
Konflik
intrapsikis dan tak sadar sangat penting bagi perkembangan manusia.
2.
Pertahanan berkembang dalam struktur internal untuk
menghindari konsekuensi konflik ynag tidak menyenangkan; terapis mengeksplorasi
berbagai upaya untuk menghindari topic-topik atau aktivitas-aktivitas yang
menghalangi kemajuan terapi.
3. Psikopatologi berkembang terutama dari
pengalaman masa kanak-kanak awal.
4. Representasi internal dari pengalaman
diorganisasikan di seputar hubungan interpersonal denagn orang lain.
5. Diharapkan bahwa isu-isu dan
dinamika-dinamika kehidupan yang signifikan akan muncul kembali dalam hubungan
ynag dibentuk pasien denagn terapis, yang menghasilkan transferansi(perasaan
terhadap terapis) kontratransferensi (persaan terapis terhadap pasien), yang
masing-masing dapat bersifat positif atau negative.
6. Asosiasi bebas adalah metode utama untuk
mengungkap konflik-konflik dan maslah-masalah internal, terutama melalui
eksplorasi keinginan, mimpi, dan fantasi.
7. Interpretasinya difokuskan pada
transferensi, mekanisme pertahanan, dan gejala-gejala saat ini, serta
penyelesaian masalh-masalah ini.
8. Insight merupakan aspek sentral atau
paling tidak sangat diharapkan untuk keberhasilan terapi, bukan hanya katarsis
atau pengekspresian perasaan.
C.
Kekurangan dan Kelebihan Pendekatan Psikodinamika
Pada teknik
psikodinamika, meskipun sebagian psikoanalis terus mempraktikan psikoanalis
tradisional dengan cara yang sama dengan Freud, Kelemahan psikoanalisis
tradisonal yakni:
- Bentuk yang lebih singkat dan kurang
intensif
- Klien dan treapis umunya duduk
berhadapan
- Terapis tidak memberikan interpretasi
secara berkala, melainkan terlibat dalam pertukaran verbal yang lebih
sering dengan klien.
Kelebihan psikodinamika
(psikoanalitik/terapi psikodinamika)baru:
- Bentuk penanganan yang lebih singkat
dan murah atau lebih intensif
- Bertujuan mengungkapkan motif-motif
bawah sadar dan menghancurkan resistansi dan pertahanan psikologis
- Fokusnya lebih pada hubungan klien
- Terpinya membutuhkan dialog yang lebih terbuka dan eksplorasi langsung dari pertahanan klien dan transference disbanding bentuk tradisional.