1.
Pengertian
Masa Dewasa
Saat telah
menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka; “Saya hidup dan
saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia dewasa orang sudah memiliki
tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang
dewasa nilai-nilai yang dipilihnya dan
berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya.
Elizabeth
B. Hurlock (1996) membagi masa dewasa menjadi tiga bagian:
a. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional,
periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan
nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.
b. Masa dewasa madya (middle adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh
sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial antara
lain; masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode
dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatian
terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan
kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan
pribadi dan sosial.
c. Masa usia lanjut (masa tua/older adult)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang
ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang
semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan
sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik,
peruban kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam
system syaraf, perubahan penampilan.
2.
Beberapa Pendapat Tentang Masa
Dewasa Madya
a. Usia dewasa madya atau yang popular
dengan istilah setengah baya, dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan
fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja.
b. Bila masa remaja merupakan masa
peralihan, dalam arti bukan lagi masa kanak-kanak namun belum bisa disebut
dewasa, maka pada setengah baya, tidak dapat lagi disebut muda, namun juga
belum bisa dikatakan tua.
c. Secara fisik,pada masa remaja
terjadi perubahan yang demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan)
yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan individu setengah baya
juga mengalami perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi
penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya.
d. Selain itu, perilaku dan perasaan
yang menyertai terjadinya perubahan-perubahan tersebut adalah sama, yaitu salah
tingkah/canggung, bingung, dan kadang-kadang over acting.
3.
Ciri-Ciri Masa Dewasa Madya
Menurut
Hurlock (1996) terdapat beberapa karakteristik atau ciri-ciri pada masa dewasa
madya yaitu
a. Masa yang ditakuti (a dreaded period)
Selain masa tua (old age), masa dewasa madya juga
merupakan masa yang sangat ditakuti datangnya oleh kebanyakan individu,
sehingga seolah-olah mereka ingin mengerem laju pertambahan usia mereka. Bagi
perempuan masa dewasa madya tidak saja berarti menurunnya kemampuan reproduktif
dan datangnya menopause, namun juga menurunnya daya tarik seksual.
Umumnya mereka (individu dewasa
madya) merasa tidak lagi menarik secara seksual bagi suami mereka, sehingga
muncul kekhawatiran “akan kehilangan” suami dan kondisi ini selain dapat
mengakibatkan para istri begitu mengharapkan suaminya bersikap seperti ketika
masih pengantin baru, juga munculnya rasa cemburu yang kadang cenderung berlebihan,
bila melihat suaminya berkomunikasi dengan perempuan yang lebih muda usianya.
Biasanya di usia-usia ini, suami
mereka mulai lebih berkonsentrasi pada karier dan peningkatan kariernya,
sehingga mereka semakin merasa kesepian dan “diabaikan”. Perasaan-perasaan
negatif ini bila tidak segera dicari pemecahannya dapat mengakibatkan para
istri mengalami depresi.
Bagi pria, masa dewasa madya
merupakan usia yang mengandung arti menurunnya kemampuan fisik secara
menyeluruh, termasuk berkurangnya vitalitas seksual. Sebagian kaum pria yang
mengalami tanda-tanda terjadinya penurunan kemampuan seksual ini, akan mengalihkan
perhatian mereka pada kesibukan bekerja demi meningkatkan prestasi dan memenuhi
kebutuhan hidup yang semakin meningkat.
Selain masalah seksual, kaum pria
yang telah memasuki usia dewasa madya, ada juga yang ingin menutupi “kelemahan”
fisiknya dengan melakukan aktivitas fisik berlebihan, dan cenderung menolak
bantuan dari mereka yang lebih muda. Pada sebagian yang lain, justru bersikap
kompensatif, dalam arti untuk menutupi “kekurangannya” mereka bersikap seperti
anak muda dengan lebih memperhatikan penampilan fisik, berdandan sedemikian
rupa untuk mencari perhatian dari lawan jenis yang berusia jauh lebih muda. Mereka
yang berperilaku seperti ini justru menunjukkan adanya ketidak percayaan yang
cukup besar terhadap daya tarik seksual mereka.
b. Masa transisi (a time of transition).
Seperti juga masa remaja, individu
pada masa dewasa madya juga disebut sebagai masa transisi dari masa dewasa awal
ke masa dewasa lanjut (lansia). Sebagian ciri-ciri fisik dan perilakunya masih
memperlihatkan masa dewasa awal, sementara banyak ciri fisik dan perilaku
lainnya justru telah menunjukkan ciri-ciri orang dewasa lanjut. Kondisi
transisi ini menyebabkan mereka harus banyak melakukan penyesuaian terhadap
peran-peran baru yang diberikan oleh masyarakat. Selain itu, masyarakat juga
mengharapkan mereka untuk dapat berpikir dan berperilaku sesuai dengan usianya.
c. Masa penyesuaian kembali (a time of adjustment)
Memasuki usia dewasa madya, cepat
atau lambat individu harus mengadakan penyesuaian kembali terhadap
perubahan-perubahan yang dialaminya, baik fisik maupun peranan.
Penyesuaian terhadap perubahan
peranan, biasanya akan terasa lebih sulit dilakukan bila dibandingkan dengan
penyesuaian terhadap berubahnya kondisi fisik. Misalnya kaum pria yangmengalami
masa pensiun, atau kaum perempuan yang mengalami perubahan peran sebagai ibu
dengan anak-anak yang akan mulai memasuki kehidupan baru.
d. Masa keseimbangan dan ketidakseimbangan
(a time of equilibrium and disequilibrium)
Pengertian keseimbangan mengacu pada
kemampuan penyesuaian terhadap terjadinya perubahan-perubahan fisik dan
psikologis yang dilakukan orang-orang dewasa madya. Keseimbangan ini dapat dicapai bila ada penyesuaian secara
menyeluruh terhadap pola-pola kehidupannya. Mereka yang mampu mencapai
keseimbangan akan merasakan kehidupan yang tenang, tenteram dan damai di rumah,
sehingga tidak suka “keluyuran”/ buang-buang waktu di luar rumah untuk kegiatan
yang tidak berguna.
Ketidakseimbangan artinya adalah
terjadinya kegoncangan-kegoncangan/gangguan-gangguan penyesuaian yang dialami individu
pada masa ini, baik yang bersifat internal maupun eksternal, termasuk dengan
pasangan hidupnya. Mereka yang tidak
mampu mencapai keseimbangan ini akan merasa tidak betah di rumah, dan cenderung
ingin “lari” dari rumah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis
yang tidak diperoleh di rumahnya.
e. Usia berbahaya (a dangerous age).
Yang dimaksud dengan usia berbahaya
adalah dalam hal kehidupan seksualnya, terutama dengan isterinya. Juga dalam
hal-hal yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan lainnya, seperti kondisi
fisik yang mulai rentan terhadap penyakit, juga kondisi psikologis yang relatif
menjadi lebih peka, dalam arti mudah tersinggung, tertekan, stress, hingga
depresi.
Dalam hal-hal yang berhubungan
dengan masalah seksual, tidak jarang terjadi para suami yang mulai merasa
“bosan” dengan istrinya, sehingga mulai menyeleweng, atau pun menceraikan
istrinya untuk kawin lagi dengan perempuan lain yang kadang-kadang seusia
dengan anak gadisnya.
Adapun untuk hal-hal yang lain, individu
usia dewasa madya, relatif lebih sering mengalami gangguan fisik maupun mental,
bahkan pada orang-orang tertentu dapat mengakibatkan bunuh diri.
f. Usia kaku/canggung (a awkward age).
Dewasa madya, kurang pantas disebut
dewasa dini, namun juga belum bisa disebut tua. Dalam situasi seperti ini,
kadang muncul rasa canggung dan bingung pada individu. Pada sebagian individu
kondisi ini mengakibatkan mereka ingin menutupi ketuaan dengan berbagai cara
dan sejauh mungkin berusaha untuk tidak tampak tua, misalnya dalam hal
pemilihan busana, berdandan/ pemakaian kosmetik dsb. Kadang-kadang apabila
individu agak berlebihan di dalam menampilkan busana dan dandanan yang
bertujuan untuk menutupi ketuaannya, maka hal ini justru menyebabkan mereka
tampak janggal, sehingga terlihat kaku/canggung.
g. Masa berprestasi (a time of achievement).
Berprestasi pada usia dewasa madya
menurut Werner merupakan suatu gambaran yang positif dari seorang individu. Pada
usia 40 tahun pada orang-orang normal telah memiliki pengalaman yang cukup
dalam pendidikan dan pergaulan, sehingga mereka telah memiliki sikap yang pasti
serta nilai-nilai tentang hubungan social yang berkembang secara baik.
Kondisi keuangan dan kedudukan sosial
mereka biasanya telah mapan, serta mereka telah memiliki pandangan yang jelas
tentang masa depan dan tujuan yang ingin dicapai. Apabila situasi ini diikuti
dengan kondisi fisik yang prima, maka mereka dapat menyatakan bahwa hidup
dimulai di usia 40 tahun (life begin 40th).
Menurut Hurlock yang dapat dicapai
individu di usia dewasa madya, tidak hanya kesuksesan secara financial, melainkan juga dalam hal
kekuasaan dan prestise. Biasanya usia
pencapaian terjadi antara 40-50 tahun. Selain itu masyarakat sendiri nampaknya
baru mengakui kemampuan atau prestasi seseorang secara mantap apabila yang
bersangkutan telah memasuki usia dewasa madya.
4.
Tugas
Perkembangan Dewasa Madya
Menurut Hurlock (1996) tugas perkembangan masa
dewasa madya adalah
a. Penyesuaian diri terhadap perubahan
fisik
Tugas ini meliputi untuk mau
melakukan penerimaan akan dan penyesuaian dengan berbagai perubahan fisik yang
normal pada usia madya.
Merupakan penyesuaian yang cukup
sulit, karena baik individu laki-laki
maupun perempuan harus mengubah penampilan.
Individu harus menyadari bahwa
kondisi fisiknya tidak lagi sekuat masa lalu, bahkan ada beberapa organ tubuh
yang sudah mulai menoupause.
Individu harus menyadari bahwa daya
tarik seksual, dorongan seks, dan kemampuan bereproduksi sudah semakin
berkurang, bahkan pada sebagian besar perempuan kemampuan reproduksinya telah
berakhir.
b. Penyesuaian diri terhadap perubahan
minat
Pada masa ini, seiring dengan
semakin bertambahnya usia, biasanya minat cenderung lebih ditekan daripada
dikembangkan, seperti dlm penampilan tidak lagi harus mengikuti mode yang
sedang trend, melainkan selalu disesuaikan
dengan perubahan fisik yang dialami, karena pertambahan usia, dalam rekreasi
tidak lagi hanya sekedar refreshing, melainkan ada unsur olah raganya, dalam
rangka menjaga kondisi fisik yg semakin menurun.
Ada pergeseran minat yang mengarah
pada aktivitas untuk memenuhi kebutuhan pribadi (privacy), misalnya membaca, melukis, menonton TV, dsb.
Ada kecenderungan penurunan dalam
pembedaan jenis kegiatan antara laki-laki dan perempuan, karena kaum laki-laki
cenderung lebih mengarahkan minatnya pada aktivitas-aktivitas yang sebelumnya
dianggap sebagai kegiatan perempuan, seperti membaca majalah popular, melihat
acara-acara TV yang ringan dan menghibur, dsb. Adapun kegiatan-kegiatan
maskulis, seperti olahraga, nonton bola, dsb banyak dikurangi.
Ada kecenderungan pada kaum
laki-laki maupun perempuan untuk memperdalam pengetahuan tentang kebudayaan dan
agama, sebagai pengganti kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan dengan
teman-teman jenisnya, seperti: membaca buku-buku dengan tema budaya dan agama,
melukis objek-objek budaya dan agama, menghadiri ceramah-ceramah ilmiah dan
agama, dsb.
c. Penyesuaian diri terhadap standar
hidup keluarga
Individu cenderung menyesuaikan
standar hidup keluarganya dengan income
yang dimiliki. Standar hidup juga disesuaikan dengan pangkat/jabatan yang
disandang
d. Penyesuaian dengan hal-hal yang
berkaitan dengan kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.
Tugas yang penting dalam kategori
ini meliputi : mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara, Membantu
anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan
bahagia, mengembangkan aktivitas mengisi waktu luang agar tetap produktif, menjaga
keharmonisan dengan pasangan hidup agar tetap akrab dan menyatu, dan menyesuaikan
diri dengan kehidupan orangtua yang telah berusia lanjut.