Jumat, 04 Mei 2012

MASA DEWASA MADYA


1.    Pengertian Masa Dewasa
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa nilai-nilai  yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya.
Elizabeth B. Hurlock (1996) membagi masa dewasa menjadi tiga bagian:
a.       Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.
b.      Masa dewasa madya (middle adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial antara lain; masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
c.       Masa usia lanjut (masa tua/older adult)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, peruban kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam system syaraf, perubahan penampilan.
2.    Beberapa Pendapat Tentang Masa Dewasa Madya
a.       Usia dewasa madya atau yang popular dengan istilah setengah baya, dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja.
b.      Bila masa remaja merupakan masa peralihan, dalam arti bukan lagi masa kanak-kanak namun belum bisa disebut dewasa, maka pada setengah baya, tidak dapat lagi disebut muda, namun juga belum bisa dikatakan tua.
c.       Secara fisik,pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan individu setengah baya juga mengalami perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya.
d.      Selain itu, perilaku dan perasaan yang menyertai terjadinya perubahan-perubahan tersebut adalah sama, yaitu salah tingkah/canggung, bingung, dan kadang-kadang over acting.
3.    Ciri-Ciri Masa Dewasa Madya
Menurut Hurlock (1996) terdapat beberapa karakteristik atau ciri-ciri pada masa dewasa madya yaitu
a.       Masa yang ditakuti (a dreaded period)
Selain masa tua (old age), masa dewasa madya juga merupakan masa yang sangat ditakuti datangnya oleh kebanyakan individu, sehingga seolah-olah mereka ingin mengerem laju pertambahan usia mereka. Bagi perempuan masa dewasa madya tidak saja berarti menurunnya kemampuan reproduktif dan datangnya menopause, namun juga menurunnya daya tarik seksual.
Umumnya mereka (individu dewasa madya) merasa tidak lagi menarik secara seksual bagi suami mereka, sehingga muncul kekhawatiran “akan kehilangan” suami dan kondisi ini selain dapat mengakibatkan para istri begitu mengharapkan suaminya bersikap seperti ketika masih pengantin baru, juga munculnya rasa cemburu yang kadang cenderung berlebihan, bila melihat suaminya berkomunikasi dengan perempuan yang lebih muda usianya.
Biasanya di usia-usia ini, suami mereka mulai lebih berkonsentrasi pada karier dan peningkatan kariernya, sehingga mereka semakin merasa kesepian dan “diabaikan”. Perasaan-perasaan negatif ini bila tidak segera dicari pemecahannya dapat mengakibatkan para istri mengalami depresi.
Bagi pria, masa dewasa madya merupakan usia yang mengandung arti menurunnya kemampuan fisik secara menyeluruh, termasuk berkurangnya vitalitas seksual. Sebagian kaum pria yang mengalami tanda-tanda terjadinya penurunan kemampuan seksual ini, akan mengalihkan perhatian mereka pada kesibukan bekerja demi meningkatkan prestasi dan memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat.
Selain masalah seksual, kaum pria yang telah memasuki usia dewasa madya, ada juga yang ingin menutupi “kelemahan” fisiknya dengan melakukan aktivitas fisik berlebihan, dan cenderung menolak bantuan dari mereka yang lebih muda. Pada sebagian yang lain, justru bersikap kompensatif, dalam arti untuk menutupi “kekurangannya” mereka bersikap seperti anak muda dengan lebih memperhatikan penampilan fisik, berdandan sedemikian rupa untuk mencari perhatian dari lawan jenis yang berusia jauh lebih muda. Mereka yang berperilaku seperti ini justru menunjukkan adanya ketidak percayaan yang cukup besar terhadap daya tarik seksual mereka.
b.      Masa transisi (a time of transition).
Seperti juga masa remaja, individu pada masa dewasa madya juga disebut sebagai masa transisi dari masa dewasa awal ke masa dewasa lanjut (lansia). Sebagian ciri-ciri fisik dan perilakunya masih memperlihatkan masa dewasa awal, sementara banyak ciri fisik dan perilaku lainnya justru telah menunjukkan ciri-ciri orang dewasa lanjut. Kondisi transisi ini menyebabkan mereka harus banyak melakukan penyesuaian terhadap peran-peran baru yang diberikan oleh masyarakat. Selain itu, masyarakat juga mengharapkan mereka untuk dapat berpikir dan berperilaku sesuai dengan usianya.
c.       Masa penyesuaian kembali (a time of adjustment)
Memasuki usia dewasa madya, cepat atau lambat individu harus mengadakan penyesuaian kembali terhadap perubahan-perubahan yang dialaminya, baik fisik maupun peranan.
Penyesuaian terhadap perubahan peranan, biasanya akan terasa lebih sulit dilakukan bila dibandingkan dengan penyesuaian terhadap berubahnya kondisi fisik. Misalnya kaum pria yangmengalami masa pensiun, atau kaum perempuan yang mengalami perubahan peran sebagai ibu dengan anak-anak yang akan mulai memasuki kehidupan baru.
d.      Masa keseimbangan dan ketidakseimbangan (a time of equilibrium and disequilibrium)
Pengertian keseimbangan mengacu pada kemampuan penyesuaian terhadap terjadinya perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang dilakukan orang-orang dewasa madya. Keseimbangan ini dapat dicapai bila ada penyesuaian secara menyeluruh terhadap pola-pola kehidupannya. Mereka yang mampu mencapai keseimbangan akan merasakan kehidupan yang tenang, tenteram dan damai di rumah, sehingga tidak suka “keluyuran”/ buang-buang waktu di luar rumah untuk kegiatan yang tidak berguna.
Ketidakseimbangan artinya adalah terjadinya kegoncangan-kegoncangan/gangguan-gangguan penyesuaian yang dialami individu pada masa ini, baik yang bersifat internal maupun eksternal, termasuk dengan pasangan hidupnya. Mereka yang tidak mampu mencapai keseimbangan ini akan merasa tidak betah di rumah, dan cenderung ingin “lari” dari rumah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis yang tidak diperoleh di rumahnya.
e.       Usia berbahaya (a dangerous age).
Yang dimaksud dengan usia berbahaya adalah dalam hal kehidupan seksualnya, terutama dengan isterinya. Juga dalam hal-hal yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan lainnya, seperti kondisi fisik yang mulai rentan terhadap penyakit, juga kondisi psikologis yang relatif menjadi lebih peka, dalam arti mudah tersinggung, tertekan, stress, hingga depresi.
Dalam hal-hal yang berhubungan dengan masalah seksual, tidak jarang terjadi para suami yang mulai merasa “bosan” dengan istrinya, sehingga mulai menyeleweng, atau pun menceraikan istrinya untuk kawin lagi dengan perempuan lain yang kadang-kadang seusia dengan anak gadisnya.
Adapun untuk hal-hal yang lain, individu usia dewasa madya, relatif lebih sering mengalami gangguan fisik maupun mental, bahkan pada orang-orang tertentu dapat mengakibatkan bunuh diri.
f.       Usia kaku/canggung (a awkward age).
Dewasa madya, kurang pantas disebut dewasa dini, namun juga belum bisa disebut tua. Dalam situasi seperti ini, kadang muncul rasa canggung dan bingung pada individu. Pada sebagian individu kondisi ini mengakibatkan mereka ingin menutupi ketuaan dengan berbagai cara dan sejauh mungkin berusaha untuk tidak tampak tua, misalnya dalam hal pemilihan busana, berdandan/ pemakaian kosmetik dsb. Kadang-kadang apabila individu agak berlebihan di dalam menampilkan busana dan dandanan yang bertujuan untuk menutupi ketuaannya, maka hal ini justru menyebabkan mereka tampak janggal, sehingga terlihat kaku/canggung.
g.      Masa berprestasi (a time of achievement).
Berprestasi pada usia dewasa madya menurut Werner merupakan suatu gambaran yang positif dari seorang individu. Pada usia 40 tahun pada orang-orang normal telah memiliki pengalaman yang cukup dalam pendidikan dan pergaulan, sehingga mereka telah memiliki sikap yang pasti serta nilai-nilai tentang hubungan social yang berkembang secara baik.
Kondisi keuangan dan kedudukan sosial mereka biasanya telah mapan, serta mereka telah memiliki pandangan yang jelas tentang masa depan dan tujuan yang ingin dicapai. Apabila situasi ini diikuti dengan kondisi fisik yang prima, maka mereka dapat menyatakan bahwa hidup dimulai di usia 40 tahun (life begin 40th).
Menurut Hurlock yang dapat dicapai individu di usia dewasa madya, tidak hanya kesuksesan secara financial, melainkan juga dalam hal kekuasaan dan prestise. Biasanya usia pencapaian terjadi antara 40-50 tahun. Selain itu masyarakat sendiri nampaknya baru mengakui kemampuan atau prestasi seseorang secara mantap apabila yang bersangkutan telah memasuki usia dewasa madya.

4.    Tugas Perkembangan Dewasa Madya
Menurut Hurlock (1996) tugas perkembangan masa dewasa madya adalah
a.       Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik
Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan akan dan penyesuaian dengan berbagai perubahan fisik yang normal pada usia madya. Merupakan penyesuaian yang cukup sulit, karena baik individu  laki-laki maupun perempuan harus mengubah penampilan.
Individu harus menyadari bahwa kondisi fisiknya tidak lagi sekuat masa lalu, bahkan ada beberapa organ tubuh yang sudah mulai menoupause.
Individu harus menyadari bahwa daya tarik seksual, dorongan seks, dan kemampuan bereproduksi sudah semakin berkurang, bahkan pada sebagian besar perempuan kemampuan reproduksinya telah berakhir.
b.      Penyesuaian diri terhadap perubahan minat
Pada masa ini, seiring dengan semakin bertambahnya usia, biasanya minat cenderung lebih ditekan daripada dikembangkan, seperti dlm penampilan tidak lagi harus mengikuti mode yang sedang trend, melainkan selalu disesuaikan dengan perubahan fisik yang dialami, karena pertambahan usia, dalam rekreasi tidak lagi hanya sekedar refreshing, melainkan ada unsur olah raganya, dalam rangka menjaga kondisi fisik yg semakin menurun.
Ada pergeseran minat yang mengarah pada aktivitas untuk memenuhi kebutuhan pribadi (privacy), misalnya membaca, melukis, menonton TV, dsb.
Ada kecenderungan penurunan dalam pembedaan jenis kegiatan antara laki-laki dan perempuan, karena kaum laki-laki cenderung lebih mengarahkan minatnya pada aktivitas-aktivitas yang sebelumnya dianggap sebagai kegiatan perempuan, seperti membaca majalah popular, melihat acara-acara TV yang ringan dan menghibur, dsb. Adapun kegiatan-kegiatan maskulis, seperti olahraga, nonton bola, dsb banyak dikurangi.
Ada kecenderungan pada kaum laki-laki maupun perempuan untuk memperdalam pengetahuan tentang kebudayaan dan agama, sebagai pengganti kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan dengan teman-teman jenisnya, seperti: membaca buku-buku dengan tema budaya dan agama, melukis objek-objek budaya dan agama, menghadiri ceramah-ceramah ilmiah dan agama, dsb.
c.       Penyesuaian diri terhadap standar hidup keluarga
Individu cenderung menyesuaikan standar hidup keluarganya dengan income yang dimiliki. Standar hidup juga disesuaikan dengan pangkat/jabatan yang disandang
d.      Penyesuaian dengan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.
Tugas yang penting dalam kategori ini meliputi : mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara, Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia, mengembangkan aktivitas mengisi waktu luang agar tetap produktif, menjaga keharmonisan dengan pasangan hidup agar tetap akrab dan menyatu, dan menyesuaikan diri dengan kehidupan orangtua yang telah berusia lanjut.